Wednesday, December 14, 2016

ROGUE ONE: A STAR WARS STORY

Mungkin ada yang bingung Rogue One: A Star Wars Story itu apa sih? Apakah merupakan kelanjutan dari saga Star Wars? Atau prekuel? Atau berdiri sendiri? Well, Rogue One ini adalah adalah sebuah spin off, dimana ceritanya memfokuskan pada karakter wanita bernama Jyn Erso (diperankan oleh aktris cantik Felicity Jones yang kental dengan logat Inggrisnya itu) yang dengan kawan-kawan kelompoknya berupaya untuk mencuri blueprint Death Star (senjata pemusnah planet). Rogue One sendiri mengambil timeline di antara Star Wars: Episode III - Revenge of the Sith dan Star Wars: Episode IV - A New Hope. Yah, bagi yang belum khatam Star Wars mungkin penjelasan di atas bisa bikin isi kepala menjadi keriting. Semoga tidak. Rogue One ini juga menjadi seri pembuka dari Star Wars: Anthology Series. Seri berikutnya telah direncanakan bakal dilanjutkan dengan kisah petualangan Han Solo yang akan rilis tahun 2018 mendatang.

Rogue One, yang total memakan waktu 2 jam lebih sedikit ini, secara keseluruhan bagi saya cukup layak untuk ditonton. Terlebih untuk penggemar fanatik Star Wars. Sebab di sini akan hadir beberapa penampakan dari tokoh-tokoh Star Wars yang sudah kita kenal sebelumnya. Termasuk Lord Vader yang karismanya luar biasa itu. Adegan pertempuran atau perang yang menghiasi layar sekitar 1 jam sebelum film usai menjadi salah satu daya tarik di film ini. Impresif, menegangkan dan spektakuler. Apalagi didukung oleh efek visual yang canggih dan top notch. Memanjakan mata! Dari segi penurutan cerita entah kenapa terasa ada tarik ulur sehingga kurang fokus. Alurnya sendiri di awal film sedikit pelan. Dapat dimaklumi karena plot sedang dibangun. Untung saja candaan-candaan lewat verbal yang sesekali dilontarkan dapat memberi kesegaran tersendiri bagi penonton. Untuk penokohan karakter-karakter, tak ada lagi yang bisa dikomplain. Semua aktor dan aktris bermain bagus, termasuk mengembangkan karakter dari sisi emosionalnya.

Mengutip kata seorang teman, "Rogue One is a certified Star Wars film!"

7,5/10

Endingnya bikin merinding!

Friday, December 09, 2016

HEADSHOT

Headshot, sebuah film laga yang tayang perdana pada pertengahan tahun kemarin di kota Toronto, Kanada. Selain mendapat pujian dan review positif, Headshot juga meraih beberapa penghargaan dalam ajang internasional bergengsi. Dan hari ini tanggal 8 Desember 2016, Headshot tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia. Perlu diingat, ini adalah film dengan rating dewasa.

Well, bagi saya tak ada sesuatu yang baru di sini bila dibandingkan dengan film-film yang dibintangi oleh Iko Uwais lainnya. Walaupun alur cerita terasa lambat dan dangkal, dengan nuansa gelap Headshot menampilkan beberapa hal yang cukup memukau melalui koreografi aksi baku hantam dan tembak-tembakan yang menegangkan, brutal, sadis dan berdarah-darah. Unsur dramanya yang terasa mellow sedikit mempercantik kisah film ini. Terutama endingnya. Secara akting, tak bisa disangkal lagi bahwa Iko Uwais memang sudah ditakdirkan untuk main pada film-film laga jenis seperti ini.

Persiapkan diri dan mental kalian untuk menghadapi muncratan-muncratan darah yang mendominasi film ini selama dua jam, terlebih lagi menikmati sensasi bagaimana golok menancap telak di wajah. Ngilu!

7/10

Btw, Chelsea Islan cakep!

Thursday, December 01, 2016

Hari AIDS

Hari ini, 1 Desember, masyarakat memperingati Hari AIDS Sedunia. Sebanyak 78 juta masyarakat dunia sudah terinfeksi virus HIV dan ada 35 juta masyarakat dunia yang meninggal karena virus mematikan ini. Oleh karena itu, marilah kita hindari penyebabnya.Yaitu:

1. HIV dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman
2. HIV dapat menular melalui penggunaan jarum suntik yang mengandung HIV
3. HIV dapat menular dari ibu HIV (positif) kepada bayinya tanpa perencanaan kehamilan

Asal kalian ketahui saja:
1. HIV tidak dapat menular melalui jabat tangan
2. HIV tidak dapat menular melalui sentuhan dan pelukan
3. HIV tidak dapat menular melalui berciuman
4. HIV tidak dapat menular melalui makan bersama
5. HIV tidak dapat menular melalui saat berenang bersama
6. HIV tidak dapat menular melalui gigitan nyamuk
7. HIV tidak dapat menular melalui paparan batuk atau ingus
8. HIV tidak dapat menular melalui telpon, komputer, gagang pintu, sedotan, sendok dan cangkir

Memahami HIV & Orang yang Hidup dengan HIV
1. HIV Tidak Membunuh
Virus ini telah dapat dikontrol dengan pengobatan ARV. Seseorang yang terinfeksi HIV dianjurkan untuk segera memulai pengobatan untuk menekan jumlah virus dan hidup sehat seperti mereka pada umumnya. Dengan perkembangan ARV, HIV bukan lagi situasi yang mematikan. Stigma negatif lah yang membuat banyak tekanan serta membunuh seseorang.

2. Tak Terdeteksi
Virus HIV ada dalam cairan tubuh manusia, yaitu darah, cairan vagina, cairan sperma, dan air susu. Virus ini akan berkurang secara drastis dan tidak terdeteksi dalam tubuh seorang ODHA ketika ia melakukan terapi ARV. Keadaan ini disebut UNDETECABLE. Dalam situasi undetecable, resiko penularan HIV menjadi sangat rendah.

3. HIV Bukan AIDS
HIV tidak sama dengan AIDS. HIV adalah virus dan AIDS adalah fase dimana gejala penyakit mulai muncul karena kekebalan tubuh yang rendah. Seseorang yang terinfeksi HIV belum tentu akan ada dalam fase AIDS jika dapat mempertahankan kekebalan tubuhnya. Salah satunya dengan melakukan terapi ARV (anti retroviral).

MAKA, HINDARI PENYEBABNYA DAN RANGKUL PENDERITANYA.

Friday, November 18, 2016

Seribu Lilin & Doa Bersama

Foto oleh: @yatingating (Instagram)
Malam tadi (Jumat, 18/11/2016) sekitar pukul 19.00 WIB di kawasan Bundaran Besar, Palangka Raya ada aksi simpatik/solidaritas yang bertajuk "Seribu Lilin & Doa Bersama" dan dihadiri oleh ratusan warga kota Palangka Raya. Aksi ini merupakan aksi bela sungkawa kepada Intan Olivia Marbun, seorang gadis cilik berusia 2,5 tahun yang menjadi korban meninggal akibat teror bom di Gereja Oikumene, Samarinda beberapa waktu yang lalu.

Selain beberapa tokoh Dayak, pemuka agama, mahasiswa, komunitas-komunitas, dll, dalam aksi tersebut juga hadir Gubernur Kalimantan Tengah, yaitu Bapak Sugianto Sabran. Dalam orasinya beliau mengutuk keras teror bom yang terjadi di Samarinda beserta pelakunya. Ia juga mengatakan bahwa Kalimantan Tengah harus bisa menjadi contoh bagi provinsi lainnya dalam menciptakan dan melaksanakan kerukunan dan kedamaian. Ditambahkan juga bahwa aksi ini adalah simbol persamaan tekat untuk menolak kekerasan dan isu sara.

Salam Bhinneka Tunggal Ika!

Wednesday, November 16, 2016

FANTASTIC BEASTS AND WHERE TO FIND THEM

Mungkin di antara kalian ada yang belum bisa move on dari saga ataupun universe-nya Harry Potter? Mungkin juga ada yang masih merindukan kehadiran film dengan tema sihir yang memukau? Nah, segala penantian kalian, dan juga saya dong tentunya, akhirnya terjawabkan sudah melalui Fantastic Beasts and Where to Find Them arahan sutradara David Yates. Fantastic Beasts tayang serentak mulai hari ini (16/11/2016) di Indonesia. Paling awal dari negara-negara lainnya.

Fantastic Beasts adalah sebuah film yang naskahnya ditulis langsung oleh J.K. Rowling (pengarang buku Harry Potter) itu sendiri. Walaupun banyak orang mengatakan ini adalah sebuah prekuel dari kisah Harry Potter, Fantastic Beasts rasanya lebih tepat bila dikatakan sebagai sebuah spin-off. Karena bisa dibilang pondasi dari film ini tidaklah terlalu kuat. Sebab film ini hanya berdasarkan sebuah buku panduan yang dimiliki oleh murid-murid Hogwarts, di mana buku tersebut isinya berupa daftar hewan-hewan magic (yang ada dalam dunia Harry Potter). Dan buku tersebut diteliti oleh sang tokoh utama film ini, yaitu Newt Scamander (diperankan Eddie Redmayne), seorang magizoologist. Berbeda dengan Harry Potter, Fantastic Beasts mengambil setting di kota New York (bukan lagi Inggris) dan memakai lini masa sekitar 60-70 tahun sebelum Harry Potter and the Sorcerer's Stone.

Secara keseluruhan, filmnya cukup menghibur dan memikat. Menampilkan aksi dan petualangan yang mendebarkan. Untuk soal special effect maupun CGI tak perlu diragukan lagi. Top notch. Nuansa film yang penuh dengan suasana gelap serta sentuhan sihir memberikan intensitas tersediri bagi penonton. Alurnya mungkin sedikit menjelimet, tapi masih bisa untuk diikuti. Guyonan-guyonan atau humor yang ada ditampilkan dalam film ini ampuh dan mujarab untuk membuat penonton tertawa lepas, geli, dan renyah. Dari segi akting, siapa yang berani menyangsikan Eddie Redmayne, aktor watak kelas Oscar? Sangat solid. Dan performanya tersebut didukung oleh cast yang juga luar biasa. Seperti Dan Fogler, seorang "no-maj" (sebutan untuk "muggle"-nya Amerika), Katherine Waterston, Collin Farrel, dll. Omong-omong, endingnya indah sekali looh.

Fantastic Beasts and Where to Find Them saya rasa sudah kokoh sebagai pembuka pentalogy Fantastic Beasts ini. Platform sudah terbentuk. Tinggal kejelian dan kecerdasan dari sutradaranya saja lagi yang dapat mengemudikan serta menentukan apakah filmnya bisa berjalan bagus atau justru sebaliknya. Dan bila bisa sih, tampilkan Albus Dumbledore muda untuk ikut berpetualang bersama Newt Scamander di sekuel berikutnya!

7,5/10

Crucio!

Monday, November 14, 2016

Supermoon di Palangka Raya


Foto oleh: @myjeje (Instagram)
Gambar di samping adalah penampakan supermoon yang diambil dari Jembatan Kahayan, Palangka Raya. Supermoon adalah sebutan di mana bulan sedang dalam keadaan purnama dan posisinya ada pada titik terdekat dengan bumi. Dan spesialnya, supermoon malam ini merupakan jarak terdekat antara bulan dan bumi dalam rentang waktu 70 tahun terakhir. Wow! Rugi dong bila tidak diabadikan.

Saat supermoon bulan akan terlihat lebih besar (sepintas sama aja sih) dan tentu saja lebih terang dari purnama biasanya.

Wednesday, October 26, 2016

DOCTOR STRANGE

Marvel Studio is back! Marvel Cinematic Universe (MCU) kembali bergulir dengan hadirnya sebuah franchise terbaru, yakni Doctor Strange. Ini merupakan film kedua untuk Phase III dalam alur MCU (sebelumnya Captain America: Civil War). Harus diakui Doctor Strange tidak sebeken bahkan sebesar anggota Avengers lainnya, seperti Iron Man, Captain America, Hulk, Thor dll. Namun Doctor Strange memberikan warna dan keunikan tersendiri. Berbeda dengan film-film Marvel seperti biasanya, Doctor Strange penuh dengan nuansa mistis, sihir serta spiritual. Hal yang berbeda inilah yang justru menjadi daya tarik tersendiri.

Sesuai prediksi, visualnya memang luar biasa. Bahkan spesial efeknya bisa dikatakan top notch. Doctor Strange sangat direkomendasikan sekali untuk ditonton versi 3D-nya. Sayangnya, bioskop sini tak memiliki fitur untuk menayangkan 3D. Untuk aksinya terbilang cukup seru, walaupun sebenarnya masih agak kurang greget. Tapi pertarungan sambil merapal mantera setidaknya dapat memberikan keasyikan tersendiri bagi penonton. Alur ceritanya sendiri mengalir dengan cukup cepat dan gampang dimengerti. Beberapa filosofi yang disisipkan dalam ceritanya bagi sebagian penonton mungkin agak susah dipahami. Tapi secara umum penyajiannya cukup sederhana serta pas, terlebih-lebih untuk memperkenalkan siapa itu Doctor Strange. Yang menjadi kritik mungkin villain yang kurang berbobot serta cara penyelesaian pada klimaks film yang kurang bagus dan berkesan. Yang menjadi poin tambahan dari film ini adalah penempatan jokes-nya yang tepat. Tak ayal sesekali mampu memuat penonton tertawa lepas.

Untuk casting, sepertinya sudah tepat. Siapa yang berani meragukan aktor sekelas Oscar seperti Benedict Cumberbatch. Juga aktris cantik Rachel McAdams. Terutama aktris senior Tilda Swinton yang berhasil memerankan sosok The Ancient One yang agung dan penuh karisma. Tak bisa ditampik ini merupakan garapan yang apik dari sang sutradara Scott Derrickson, dimana sineas ini sebenarnya lebih berpengalaman dalam menyutradarai film horor. Karya-karyanya bisa dilihat pada Sinister, Deliver Us from Evil hingga The Exorcism of Emily Rose.

Doctor Strange memang tidak bisa juga dikatakan sebagai film luar biasa. Namun yang pasti film ini bisa dibilang sudah memiliki pondasi yang solid dan bagus untuk menuju kelanjutan atau sekuelnya nanti. Menyaksikan Doctor Strange ibarat perpaduan antara film Iron Man, Harry Potter dan Inception. Masih ragu untuk menontonnya?

7/10

Tambahan:
Ada dua buah ending tambahan (mid-credit & post-credit scene) setelah filmnya selesai. So, jangan beranjak pulang dulu. Apalagi ending bagian pertama sangat worth banget buat disimak. Ada cameo anggota Avengers serta sedikit cerita untuk kontinuitas film-film Phase III Marvel Cinematic Universe.

Sunday, October 23, 2016

Sebagai Narasumber di Sebuah Forum Diskusi

Saat forum diskusi dengan tema "Diseminasi Informasi Lingkungan untuk Generasi Muda Kalimantan Tengah" dalam event bertajuk Pemuda Bicara: Untuk Lingkungan, Budaya dan Siaga Bencana Kalimantan Tengah yang diadakan pada hari Minggu, 16 Oktober 2016 lalu, di Gedung KONI Jl. Cilik Riwut Palangka Raya.

Pada foto saya yang mengenakan kemeja biru. Saya hadir sebagai narasumber mewakili akun medsos @infoplk. Di sebelah kanan saya berturut-turut adalah Haris Sadikin (PWI Kalimantan Tengah), Rohansyah (Pemimpin Redaksi Kalteng Pos) dan Ridzki R. Sigit (Direktur Mongabay Indonesia) selaku moderator.

Agak getir juga duduk bersama narasumber yang merupakan orang-orang penting. Sedangkan saya cuma apalah gitu. Hahaha.

Friday, October 21, 2016

Wildlife Photographer of the Year 2016

Sebuah foto yang dijepret oleh Tim Laman, seorang fotografer asal Amerika Serikat berhasil meraih penghargaan tertinggi dalam kompetisi foto Wildlife Photographer of the Year 2016. Objeknya adalah seekor orangutan yang sedang memanjat pohon di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.

Entah bagaimana cara sang fotografer mendapatkan foto dengan kualitas luar biasa seperti ini. Apakah menggunakan alat bantu drone atau yang lainnya. Yang pasti foto ini memang layak mendapatkan predikat foto terbaik.

Wednesday, October 19, 2016

JACK REACHER: NEVER GO BACK

Jack Reacher kembali hadir pada sekuelnya kali ini yang mengambil sub-judul Never Go Back. Dimana film terdahulunya tayang tahun 2012 lalu. Tom Cruise, aktor tampan yang sudah mulai termakan usia, kembali hadir untuk memerankan Jack Reacher, seorang mantan polisi militer penuh penghargaan yang tidak memiliki apa-apa (homeless). Walaupun sudah tidak aktif lagi di militer, Jack kerap dimintai bantuan untuk mengusut suatu kasus. Premis sekuelnya kali ini adalah ia diminta kembali ke markas. Namun di sana ia dituduh terlibat atas pembunuhan yang terjadi 16 tahun silam. Maka dimulailah aksi Jack untuk mengungkap kebenaran dibalik konspirasi pemerintah. Di luar dugaan, dalam pelariannya Jack akan berurusan dengan sesuatu yang menyangkut masa lalunya.

Bila dibandingkan dengan film pertamanya, dimana lebih berfokus pada kemampuan Jack menyelidiki dan menggali sebuah kejadian, sekuelnya kali ini lebih mengedepankan sisi  aksi (action) dan kemampuan fisiknya. Aksinya berupa kelahi tangan kosong dan senjata cenderung keras. Mungkin akan mengakibatkan rasa ngilu bagi sebagian penonton. Ceritanya minim kejutan, namun tetap berjalan intens sampai akhir. Unsur dramanya sedikit terasa dengan adanya seorang tokoh yang memiliki hubungan spesial dengan Jack. Kehadiran Cobie Smulders (berperan sebagai Susan Turner) dinilai sangat berhasil dan memberikan warna baru pada filmnya. Karena kehadirannya tidak hanya sebagai pelengkap, tapi juga mampu mengimbangi Jack dalam sisi aksi dan deduksi. Percaya deh, kalian bakal jatuh cinta sama karakter yang satu ini. Sama seperti terdahulunya juga, film yang kurang lebih berdurasi 2 jam ini sesekali menampilkan kelucuan-kelucuan yang segar.

Jack Reacher: Never Go Back sendiri disutradarai oleh Edward Zwick, yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Tom Cruise pada film The Last Samurai. Film ini juga merupakan adaptasi dari versi novel (seri ke 18) buah karya dari Lee Child.

Secara keseluruhan, bagi saya Jack Reacher: Never Go Back cukup menghibur. Adegan aksinya entah kenapa mengingatkan saya dengan film-film aksi tahun '90-an. Tidak bertele-tele dan tepat ke sasaran. Enjoy then.

7/10

Saturday, October 15, 2016

THE ACCOUNTANT

Secara garis besar, film ini tidak menampilkan sesuatu hal yang luar biasa. Berhubung diperankan oleh Ben Affleck yang memang memiliki pesona dan daya tarik tersendiri, terlebih saat dia terpilih oleh Warner Bros untuk memerankan tokoh Batman, maka The Accountant boleh saya bilang sebagai film yang cukup layak untuk ditonton.

Menonton film ini ibarat kita yang sedang menyusun puzzle. Awalnya serba ribet dan sedikit membingungkan. Alur ceritanya memang terkesan tidak rapi dan melompat ke sana ke mari. Namun pada akhirnya, sebuah benang merah berhasil menyusun semuanya itu menjadi satu rangkaian jelas yang dapat membuat penonton bergumam "Oooh, gitu toh". Mungkin problemnya adalah waktu penjabarannya itu yang cukup lama. Sehingga tak ayal bagi sebagian penonton film ini terasa melelahkan, membosankan bahkan sedikit mengakibatkan kantuk. TIDAK APA-APA, LANJUTKAN SAJA....

Premis dari film yang berdurasi dua jam lebih dikit ini adalah seorang autis yang memiliki keistimewaan di bidang Matematika. Masa kecilnya dilalui dengan latihan fisik serta militer yang sangat keras. Dengan harapan agar di masa depannya nanti ia dapat mempersiapkan dirinya. Berprofesi sebagai akuntan, secara tidak sengaja ia terlibat dengan suatu masalah yang pada nantinya akan memberikan kejutan tersendiri baginya.

Filmnya sendiri bisa dikatakan tanggung, apakah ini film film drama atau aksi. Walau begitu, film ini menawarkan nuansa thriller yang bagus. Akting Ben Affleck yang memukau sayangnya tidak diimbangi dengan penampilan dari aktor dan aktris lainnya. Bahkan bisa dibilang mubazir. Padahal di situ ada  J.K. Simmons, Anna Kendrick dan John Lithgow yang bisa dikatakan pemain kelas Oscar.

Akhirnya, walaupun The Accountant tidak terlalu menonjol namun oke lah untuk disimak. Filmnya saya rasa sangat berprospek bagus bila dibuatkan lanjutannya (sekuel) namun dengan syarat fokus pada aksinya saja. Melalui film ini entah kenapa saya berkeyakinan bahwa akuntansi itu bisa menjadi alat membunuh yang berbahaya. Anak akuntansi mesti nonton nih! Hehe.

7/10

Wednesday, October 12, 2016

INFERNO

Inferno, merupakan sekuel dari The Da Vinci Code dan Angels & Demons. Sudah barang tentu mengisahkan seorang ahli simbol yang bernama Robert Langdon. Dalam Inferno kali ini, ia menjadi target dari pemburuan beberapa pihak. Didera sedikit hilang ingatan, Langdon berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Sama seperti dua buah film sebelumnya, Inferno juga mengambil tema film yang sama. Yaitu aksi dan misteri. Keseruan serta kenikmatan dari film ini bisa didapat dari bagaimana memecahkan dan menyusun puzzle atau teka-teki hingga akhirnya menjadi suatu rangkaian yang dapat memecahkan kebuntuan masalah. Puzzle dan teka-teki tersebut tentunya dihubung-hubungkan dengan sejarah maupun mitos yang ada. Hal ini yang membuat menarik dari film-film yang diadaptasi dari novel-novel miliknya Dan Brown. Karena selalu menghadirkan trivia yang setidaknya bisa menjadi pengetahuan bagi kita. Saya baru tahu istilah "karantina" itu diambil dari bahasa Italia, yakni "quarante",  yang saat itu sedang wabah kasus Black Death di Eropa. Menyaksikan Inferno, penonton dituntut untuk terus fokus dan konsentrasi dengan alur cerita yang ada. Sebab bila lengah sedikit tentunya akan kehilangan beberapa poin.

Bila dibandingkan dengan dua film pendahulunya, Inferno bagi saya lebih ramping, straight to the point, cukup intens dan menarik. Memang sih tidak se-kontroversial The Da Vinci Code, tapi sudah cukup baik bagi saya. Inferno menampilkan berbagai kejutan-kejutan. Termasuk dengan plot twist-nya yang tak diduga itu. Dari segi pemain, selain Tom Hanks, entah kenapa hanya Irrfan Khan dan Sidse Babett Knudsen saja yang mencuri perhatian. Untuk aksi terasa sekali agak berkurang, tapi masih bisa membuat fim ini greget untuk diikuti, terlebih lagi ketegangannya.

Akhir kata, Inferno sebuah film yang layak untuk disimak dan memiliki potensi besar untuk dibuat lanjutannya. Sebisa mungkin jangan membandingkan film ini dengan novelnya, karena film dan buku adalah media yang sangat berbeda. Buku mampu membuat para pembacanya untuk berfantasi sebebas-bebasnya, sedangkan dalam film fantasi tersebut hanya sebatas fantasi si pembuat film saja, selain itu keterbatasan durasi juga membuat film dan buku tidak bisa dibandingkan begitu saja. Jadi ada baiknya untuk lebih bisa menikmati film ini, sebaiknya jangan terlalu dibandingkan dengan novelnya. Fair enough?

6,5/10

Tambahan:
Ini merupakan film ketiga Tom Hanks di tahun 2016 ini setelah A Hologram for the King dan Sully.

Sunday, September 25, 2016

Ratusan Anggota Komunitas Palangka Raya Antre Donor Darah

Ratusan anak muda dari sekitar 40 komunitas yang ada di Kota Palangka Raya sejak pagi antusias mengantre untuk mengikuti aksi donor darah massal, yang diinisiasi dari salah satu pengusaha kuliner muda Bobby Rahman bersama rekannya pengelola akun Info Palangka Raya (@infoPLK) Anthony Sinaga.

Berdasarkan pantauan Antara, di Palangka Raya, Minggu, Kedai Kopihan milik Bobby sudah terlihat ramai sejak pukul 09.00 WIB. Para pendonor darah terus berdatangan silih berganti, yang kebanyakan adalah anak muda yang merupakan fans atau para pecinta bola dan kendaraan bermotor.

"Kegiatan ini sudah kami rencananya jauh-jauh hari, dan kebetulan para anggota komunitas bola yang sering nongkrong di Kopihan juga menyambut baik acara tersebut, sehingga dengan dukungan beberapa sponsor donor darah massal ini bisa terselenggara," kata Bobby.

Kemudian, kebetulan Korps Sukarela PMI Palangka Raya juga mendukung kegiatan tersebut sehingga program kemanusiaan tersebut bisa berjalan dengan lancar. Bahkan jumlah pendonor yang hadir itu diluar perkiraan panitia pelaksana.

Untuk diketahui, karena begitu antusiasnya dalam kegiatan tersebut pendonor yang datang juga tidak hanya dari kalangan komunitas bola, tapi ada juga komunitas kendaraan bermotor, komunitas musik, komunitas pecinta binatang, bahkan masyarakat umum karena tertarik dengan keramaian donor darah massal tersebut.

Ketua Panitia Pelaksana Donor Darah, Anthony Sinaga mengungkapkan, kegiatan sosial tersebut sebagai salah satu upaya membuat masyarakat muda untuk juga peduli dengan program kemanusiaan. Sehingga perlu adanya pancingan dan motivatasi dalam menggerakan untuk berpartisipasi dalam program sosial, salah satunya adalah donor darah.

"Kami ingin terus memberikan kontribusi yang positif, dan aktif melaksanakan program-program sosial sehingga masyarakat muda sebagai generasi penerus bangsa nantinya juga dapat memberikan pemahaman yang sama kepada generasi mendatang," ujarnya.

Sementara itu, Ketua PMI Kota Palangka Raya, Rusliansyah memberikan apresiasi yang luar biasa dari kegiatan tersebut, sebab tidak disangka ratusan orang malah mengantre untuk ikut mendonorkan darahnya.

"Kami sangat senang dan bangga, masih ada kalangan pemuda yang mau menggerakan kawan-kawannya untuk melaksanakan program kemanusiaan tersebut. Semoga saja hal ini bisa terus berlanjut dan menjadi agenda rutin mereka, dan PMI siap mendukung program tersebut," ujar Rusli.

Melalui kegiatan tersebut, Rusli juga berharap bahwa itu dapat menjadi contoh bagi masyarakat Kota Palangka Raya pada umumnya, sehingga dengan banyaknya pendonor diharapkan nantinya stok kantong darah dapat selalu tersedia ketika orang membutuhkan.

"Saat ini kami juga berupaya melakukan terobosan, bagaimana caranya agar persediaan kantong darah di unit pelayanan PMI tersebut bisa terus tersedia, sehingga masyarakat tidak kesulitan mencari darah," demikian Rusli.

Sumber: http://www.antarakalteng.com/berita/257530/ratusan-anggota-komunitas-palangka-raya-antre-donor-darah

Wednesday, September 14, 2016

PETE'S DRAGON

Pete's Dragon merupakan sebuah film remake dari film berjudul sama yang rilis tahun 1977 silam. Dan tentu saja film ini masih digarap oleh Walt Disney Pictures selaku pemilik lisensi resminya. Lazimnya film-film Walt Disney lainnya, Pete's Dragon juga menawarkan sebuah tontonan yang ceria, riang, penuh pesan dan tentunya mengedukasi. Secara keseluruhan, Pete's Dragon adalah film yang layak untuk ditonton oleh siapa saja. Bahkan sangat bagus dijadikan sebagai tontonan keluarga karena banyaknya pesan-pesan moral positif yang disampaikan.

Pete's Dragon adalah sebuah drama keluarga. Namun tenang saja, dijamin tidak akan menyebabkan kebosanan maupun kejenuhan. Karena alurnya sederhana dan dibekali dengan kisah petualangan yang seru juga menyentuh serta mengharukan/emosional. Dan itu ditambah lagi dengan kualitas spesial efek berupa CGI yang tergolong halus dan bersih.

Film ini semakin hangat di hati dan terasa enjoyable dengan hadirnya beberapa tembang-tembang lagu (soundtrack) yang luar biasa indahnya. Salah satunya adalah yang berjudul Something Wild, dibawakan oleh Lindsey Stirling (feat. Andrew McMahon in the Wilderness). Cakep banget lagunya!

7/10 

Tambahan:
Kisah Pete's Dragon sempat diterbitkan dalam bentuk buku di Indonesia sini. Judulnya Naga si Pit.

Wednesday, August 31, 2016

DON'T BREATHE

Don't Breathe, salah satu film bergenre horor dan thriller dengan tema "home invasion" yang menurut saya wajib untuk dijajal. Selain kreatif, juga inovatif. Menawarkan kengerian dan ketegangan yang dapat membuat penonton berteriak-teriak histeris bercampur panik. Dan itu belum lagi ditambah dengan kejutan-kejutan yang bisa membuat jantung berhenti sekejap saat. Sesuai dengan judulnya, film ini sanggup mengajak kita untuk turut serta menahan nafas saat menyaksikannya.

Don't Breathe bukanlah film hantu. Jangan terjebak dengan kata "horor" yang saya sebut di atas tadi. Walaupun tidak menampilkan penampakan sesosok mahluk halus, film ini sukses memberikan ketegangan yang sangat intens serta mencekam. Plotnya sederhana, yakni sekelompok anak muda yang ingin merampok rumah milik seorang pensiunan tentara yang tuna netra. Sepintas gampang. Namun ternyata segala sesuatunya di luar dugaan. Di rumah itu mereka justru menemukan hal di luar kewajaran yang pada akhirnya mengancam nyawa mereka sendiri.

Don't Breathe sendiri disutradarai oleh Fede Alvarez. Orang yang sama saat menggarap sebuah film remake berjudul Evil Dead pada tahun 2013 lalu. Fede Alvarez adalah sosok sutradara yang tidak segan-segan menampilkan adegan nyeleneh. Hal tersebut juga dia selipkan di film Don't Breathe ini. Diantaranya terkait BDSM.

Akhir kata, walaupun Don't Breathe hanya berdurasi sekitar 80 menit saja, itu sudah lebih dari cukup untuk menggedor jantung kalian. Buktikan sendiri.

7,5/10

Jika saya tak salah lihat tadi, sepertinya ada bagian yang disensor. Too bad.

Sunday, August 21, 2016

LIGHTS OUT

Ada yang belum menonton Lights Out? Bila iya, buruan aja nonton. Ini film horor bagus! Asli! Suer! Sumpah deh! Lights Out sendiri aslinya adalah sebuah film pendek yang berdurasi 3 menit. Oleh sang sutradara akhirnya dilebarkan menjadi sebuah tontonan menakutkan yang berdurasi 80 menit.

Lights Out bisa dikatakan sedikit berbeda bila dibandingkan dengan The Conjuring, The Conjuring 2 maupun Insidious. Lights Out tidak menampilkan rumusan twist-twist yang rumit. Yang ada justru tampil sederhana dan lugas bahkan klasik. Dengan satu konsep: menakuti-nakuti penonton secara alami mungkin dan konsisten. Hawa dan nuansa mencekam dibaluti dengan kengerian dapat dirasakan sepanjang durasi film ini. Menciptakan suatu hal yang dapat meneror psikologis penonton. Apalagi buat kalian-kalian yang memang fobia di tempat gelap. Maka menonton film ini dapat membuat anda merasa tertekan, sesak dan gelisah di kursi. Ketegangan-ketegangan melalui "jump scare" yang tampil mendadak dan mengejutkan itu juga tak segan-segan membuat anda berteriak histeris sekeras-kerasnya di dalam bioskop. Jadi, siapkan mental dan tahan nafas saat momen-momen menakutkan itu akan datang. Terutama bagi kalian yang urat adrenalinnya pendek.

Poin plus dari Lights Out adalah film ini sama sekali tak memperlihatkan penampakan dari si hantu secara jelas dan detail. Hanya berupa siluet. Namun itu sudah cukup untuk mempermainkan ketakutan penonton.

Dengan atmosfir yang gelap dan menyeramkan, jump scare yang jitu serta telak, penuh berbagai kejutan, Lights Out adalah film horor yang sebenar-benarnya horor. The Conjuring 2 pun terlihat cupu (padahal produsernya James Wan).

8/10

Jangan matikan lampu saat tidur!

Wednesday, August 10, 2016

THE SHALLOWS

Walaupun telat (sejatinya film ini rilis bulan Juni kemarin di seluruh dunia), The Shallows tayang mulai per hari ini di bioskop Indonesia.  Jujur, awalnya saya tidak tahu menahu perihal film ini. Sampai pada akhirnya saya menonton trailernya yang ternyata memicu hasrat saya untuk segera dan lekas menyaksikan film ini. Kenapa? Karena genrenya yang unik. Yaitu perpaduan antara drama, horor dan thriller yang dibaluti dengan aksi survival/cara bertahan hidup. Dan paling terutama adalah antagonisnya yang tak lain dan tak bukan adalah seekor ikan hiu. Ya, ikan hiu!

Singkat kata, The Shallows yang masuk dalam kategori B-movie ini adalah sebuah tontonan yang sanggup memberikan keseruan dan ketegangan tersendiri dengan memainkan adrenalin serta tensi penonton. Beberapa kali jantung saya dibuat berhenti sekejab detik dengan kejutan-kejutan yang di luar dugaan. Selain itu, film ini juga dapat menguji mental penonton karena tak jarang menampilkan adegan berdarah-darah dan pemandangan yang tidak enak.

Film yang berdurasi pendek (80-an menit saja) ini konsisten dan efektif dalam mengiring juga membangun atmosfir ketakutan yang ada sepanjang menitnya. Mengajak penonton untuk selalu lebih sering menahan nafas sembari menebak hal apa yang akan hadir selanjutnya. Dan pada akhirnya nanti film ini menawarkan ending yang di luar dugaan.

Salah satu hal yang menjadi poin plus dari film ini adalah tampilan pemandangannya yang luar biasa cantiknya. Ditambah lagi dengan cinematografi dan penampakan fotografi bawah air yang mempesona. Wow.

7/10

Just watch it. Dan rasakan sensasinya.

Wednesday, August 03, 2016

SUICIDE SQUAD

Suicide Squad tayang mulai hari ini di kawasan Indonesia. Dua hari lebih awal dibandingkan perilisannya di kawasan Amerika Utara sono. Suicide Squad merupakan film ketiga dari DC Extended Universe (DCEU) setelah Man of Steel dan Batman v Superman: Dawn of Justice.  Yang artinya sudah barang tentu film ini berkaitan dengan erat dengan 2 buah film yang telah disebutkan tadi. Suicide Squad mengambil timeline setelah kejadian tewasnya Superman.

Suicide Squad bisa dikatakan bukanlah film menceritakan tentang superhero. Melainkan sekumpulan penjahat atau anti hero yang dibentuk khusus oleh pemerintah dengan misi tertentu. Bahasa gampangnya, melawan suatu kejahatan dengan menurunkan tim penjahat. Tersebutlah dalam tim tersebut nama-nama familiar (bagi penggemar komik DC) seperti Deadshot, Harley Quinn, Captain Boomerang, Killer Croc, El Diablo, dll. Tim Suicide Squad ini juga dijuluki dengan panggilan Task Force X.

Lantas, bagaimana filmnya? Well, film yang secara total berdurasi 2 jam ini bagi saya biasa-biasa saja. Cenderung kurang greget. Inilah yang terjadi bila sang sutradara David Ayer yang saya analogikan mencoba untuk menjuggling terlalu banyak bola (di mana masing-masing bola memiliki keunikannya sendiri), menjatuhkan semua bola yang ada bersama-sama dan hanya mampu menangkap beberapa bola saja. Alhasil, dari semua karakter yang ada cuma beberapa karakter saja yang dapat digali dan dikembangkan. Sisanya hanya sekadar pajangan belaka. Tak bisa ditampik, penampilan Deadshot (Will Smith) dan Harley Quinn (Margot Robbie) benar-benar mencuri perhatian penonton. Joker yang diperankan oleh Jared Letto sama sekali tak meninggalkan kesan yang membekas. Justru hambar. Heath Ledger tetap menjadi Joker terbaik sampai saat ini!

Dari segi cerita, penuturannya agak keteteran. Padahal 30 menit pertama sudah cukup menjanjikan. Ke belakangnya malah kabur. Sepertinya kesalahan yang terjadi pada Batman v Superman: Dawn of Justice terjadi lagi di film ini. Yaitu di bagian editing-nya. Seakan-akan ada sesuatu yang janggal (plothole). Entah di bagian mananya. Walaupun ada beberapa klimaks, masih jauh dari cukup untuk memukau penonton. Adegan aksi? Tak ada yang spesial. Demikian pula dengan ketegangan. Untunglah joke-joke yang dihadirkan mampu memberikan kejenakaan dan hiburan tersendiri bagi filmnya. Salah satu hal yang menjadi poin plus bagi film ini adalah daftar lagu-lagu lama (era '80 & '90-an) yang diperdengarkan dan menghiasi film ini dari awal hingga akhir. Sebuah daftar yang sangat berkelas.

Apapun itu, bagi kalian yang seorang fanboy, Suicide Squad tetap layak tonton. Biar tahu film berikutnya seperti apa. Jangan lupa, ada cuplikan tambahan pada mid-credit. Jadi jangan dulu beranjak dari studio. Demikian.

6/10

Enchantress!

Thursday, July 28, 2016

JASON BOURNE

Mungkin ada yang bingung Jason Bourne ini film apa lagi sih? Well, saya jabarkan secara singkat. Masih ingat dengan The Bourne Identity (2002), The Bourne Supremacy (2004) dan The Bourne Ultimatum (2007)? Tentu ingat dong. Ketiga film ini sering disebut sebagai The Bourne Trilogy. Ceritanya masih mengambil konsep originalitas dari novelnya. Pada tahun 2012 lalu juga sempat ada The Bourne Legacy yang entah kenapa justru tidak dianggap oleh orang-orang. Walaupun Jason Bourne merupakan film kelima, namun secara timeline (lini masa) film ini meneruskan kisah dari The Bourne Ultimatum.

Jason Bourne ini bisa dibilang sekuel yang sebenarnya tak perlu untuk dibuat filmnya. Kisah pencarian jati diri dari David Webb sesungguhnya telah berakhir di The Bourne Ultimatum kemarin. Mungkin karena alasan bisnis, hadirlah Jason Bourne. Sebuah film yang juga sebenarnya tidak berdasarkan bukunya lagi. Jadi murni imajinasi dari penulis skrip.

Walau begitu, Jason Bourne masih menawarkan tontonan yang cukup menegangkan. Baik itu melalui aksi maupun spionase. Matt Damon yang sudah mulai dimakan usia masih terlihat segar bugar melakonkan berbagai adegan berantem. Alur cerita juga berjalan dengan cepat. Satu-satunya yang membuat saya kesal adalah pengambilan gambar dengan teknik "shaky/handheld cam" saat adegan aksi. Bikin pening kepala saja. Huh!

Secara garis besar film ini biasa saja. Tak menawarkan hal yang baru, termasuk dari segi ceritanya (biarpun sebenarnya terdapat konflik baru yang tetap melibatkan masa lalu dari seorang David Webb eks agen CIA). Tapi, bila kalian rindu dengan film aksi spionase yang lengkap dengan kejutan-kejutan tak diduga di dalamnya, maka film ini boleh lah untuk dijajal.

6,5/10

Bila film ini dibuatkan lagi sekuelnya, well, I give up. Cukup sampai di sini saja.

Friday, July 22, 2016

GHOSTBUSTERS

Ghostbusters is back! Memakan waktu kurang lebih 27 tahun, akhirnya tim pemburu hantu ini hadir kembali. Berbeda dengan versi originalnya, yakni Ghostbuster (1984) dan Ghosbusters II (1989) di mana membernya adalah laki-laki, kali ini semuanya adalah perempuan. Ghostbusters 2016 ini merupakan versi reboot. Ini dikarenakan Bill Murray (salah satu pemain di original Ghostbusters) yang menolak tawaran untuk sekuel dan juga salah satu dari keempat pemain sudah ada yang meninggal. Walaupun kini dihuni oleh kaum hawa, film ini tidak kehilangan sentuhan khasnya. Gokil! Pujian layak diberikan kepada sang sutradara Paul Feig, yang sebelumnya juga pernah menyutradarai film Spy, Briedsmaid, The Heat, dan masih banyak lagi.

Bisa saya katakan filmnya sangat menghibur. Abaikan saja bila situs-situs film mengatakan film ini jelek. Silakan ditonton dengan mata kepala sendiri. Keseruan yang menegangkan dibalut dengan aksi-aksi yang cukup memukau serta tingkah laku konyol benar-benar memanjakan penonton. Terlebih kelucuan yang sering tampil di film ini tak sedikit bisa menguras tawa renyah berkepanjangan dari awal hingga akhir. Salut juga kepada empat pemain utama di film ini. Mampu menokohkan karakternya masing-masing yang memiliki karakteristik berbeda.

Walaupun dikemas dalam bentuk komedi, nuansa horor dalam film ini lumayan terasa. Beberapa kali adegan-adegan menakutkan (lazim disebut jump scare) yang tampil tak diduga-duga mampu membuat jantung berhenti sepersekian detik. Bersiaplah kalian terkaget-kaget setengah mati!

Sebagai wujud respek, Ghostbusters 2016 membawa spirit dari film-film terdahulunya. Ini bisa dilihat begitu banyak cameo yang hadir di dalamnya, bahkan hal-hal kecil lainnya. Silakan hitung sendiri ada berapa hal yang bisa kalian kenali dalam film ini.

Akhir kata, tanpa berekspektasi lebih, Ghostbusters 2016 ini bisa dikatakan sebuah film reboot yang tergolong berhasil dan sukses. Penuh dengan kesenangan dan kejenakaan, juga bebas dari unsur kekerasan serta seksual. Bisa menjadi tontonan keluarga yang pas. Bila sudah begini, saya yakin Sony tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan menyiapkan sekuel terbarunya. Karena Ghostbusters adalah sebuah franchise yang dapat membawa keuntungan banyak. Tidak hanya film, namun juga hal lainnya seperti merchandise, dll.

7/10 

If there's something strange, in the neigbourhood. Who you gonna call? GHOSTBUSTERS!

Wednesday, July 20, 2016

STAR TREK BEYOND

Berbeda dengan dua film sebelumnya, yaitu Star Trek dan Star Trek Into Darkness yang disutradarai oleh J.J. Abrams, Star Trek Beyond kali ini digarap oleh Justin Lin. Walaupun Justin Lin kita ketahui kerap menggarap film-film yang bertema balapan mobil, ternyata ia mampu meramu dan meracik sedemikian rupa film yang bergenre action/adventure/science-fiction ini hingga menampilkan sebuah tontonan yang berkualitas.  Yup, tak bisa dipungkiri. Star Trek Beyond adalah sebuah film yang sensasional. Menurut saya pribadi, ini merupakan yang terbaik dari 3 buah seri film Star Strek yang telah dimulai sejak tahun 2009 lalu.

Ceritanya ternyata tidak berat. Dan juga tidak menitikberatkan pada dialog-dialog panjang seperti halnya 2 film sebelumnya. Kali ini lebih dimanjakan dengan adegan aksi yang cukup banyak. Alur cerita dan storytelling mengalir enak apa adanya dan gampang dimengerti oleh siapapun. Semua terlihat jelas, mulai dari pengembangan karakter/kasus, konflik hingga klimaks film. Tak sedikit juga di sini dijumpai guyonan serta candaan yang konyol namun berkelas yang dapat membuat penonton tertawa renyah. Dari sisi visual, sepertinya tak perlu dipertanyakan lagi. Special effect serta CGI bermain dengan apiknya. Sepertinya Star Trek Beyond pasti oke sekali bila ditonton versi 3D bahkan 4D-nya.

Salah satu hal yang memberikan keasyikan tersendiri dari film ini adalah Justin Lin menyelipkan bahkan menampilkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan Star Trek era tahun '80 dan '90-an (versi serial TV). Mengajak kita bernostalgia sejenak. Saya yakin kaum Trekkie (sebutan untuk penggemar berat Star Strek) pasti gembira dengan "kilas balik" seperti ini.

Oh iya. Ada artis dari Indonesia yang bermain di film Star Trek Beyond. Yaitu si Joe Taslim. Kali ini dia memerankan sebuah karakter bernama Manas, seorang villain yang menyerupai alien. Dan penampilan Joe Taslim cukup lama dan sering. Tidak seperti Yayan Ruhian, Iko Uwais dan Cecep Arif Rahman yang tampil hanya beberapa detik di Star Wars: The Force Awakens kemarin itu. Kehadiran Joe Taslim di film ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita.

Secara keseluruhan, sebagai konklusi dari saya, Star Trek Beyond adalah sebuah film petualangan serta aksi yang benar-benar menghibur dan menyenangkan. Silakan dirasakan sendiri bagaimana keseruan dan kejutan-kejutan yang ada. Dan dengar-dengar, bakal ada sekuelnya lagi. Wow!

8/10

Wednesday, July 13, 2016

Pokemon Go

Tak bisa dipungkiri, saat ini sedang demam Pokemon Go, sebuah game online yang dirilis tanggal 6 Juli 2016 kemarin. Hampir seluruh timeline akun Facebook dan Twitter-ku (kalo Path ada sebagian) diisi oleh updatean status maupun gambar yang berhubungan dengan Pokemon Go. Bahkan beberapa kawan saya di Palangka Raya telah membentuk komunitasnya walaupun masih taraf kecil. Luar biasa.

Pokemon Go sendiri adalah sebuah mobile game online yang berbasis Augmented Reality (biasa disingkat AR). Yaitu teknologi yang menggabungkan benda maya 2 dimensi maupun 3 dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata 3 dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tsb dalam waktu nyata. Pokemon Go agar bisa dimainkan memerlukan koneksi internet, hal ini dikarenakan dalam permainannya memakai fitur GPS. Secara garis besar, gameplay (cara bermain) dari Pokemon Go itu begini: menemukan monster yang ada di wilayah sekitar, berantem sebentar, dan monster pun menjadi hak milik pemain. Bila pernah menonton animasi dari Pokemon pasti mengerti kok. Proses mencari dan menemukan monsternya ini yang menjadi keseruan tersendiri. Kesannya bertualang. Baik itu jalan kaki atau mungkin naik sepeda. Baik perorangan ataupun rame-rame bersama kawan sehobby. Teman saya kemarin ada yang berhasil mendapatkan monster di Kantor Gubernur Kalteng. Ada yang mau coba cari monster di komplek Lapangan Sanaman Mantikei pada tengah malam? Atau Pal 12 mungkin? Eh.

Pokemon Go terlihat menarik dan menantang. Menggoda untuk memainkannya. Mengingat memory RAM di Android-ku sudah mulai penuh, saya masih galau apakah akan memasang game ini di Androidku atau tidak. Maklumlah, Android jadul. Hehe. Tapi kalo saran saya sih, Pokemon Go boleh lah untuk dijajal. Berbeda dengan game-game lainnya yang pemainnya hanya duduk diam saja, Pokemon Go sepertinya lebih menyehatkan. Karena mengajak pemainnya untuk jalan-jalan bertualang. Khan lumayan tuh buat cari keringat.

Saya yakin Pokemon Go akan menjadi fenomenal. Dan Pokemon kembali berjaya. Saya jadi teringat pada tahun 1999 silam. Pokemon mewabah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Semua orang merasa gemas dengan karakter Pikachu yang lucu dan imut itu. Saking fenomenalnya, waktu itu sampai muncul isu yang mengatakan bahwa Pokemon (dalam hal ini Pikachu) dianggap sebagai perwujudan kuasa gelap/iblis. Entah apa motif dari isu tsb. Mungkin untuk menjegal Pokemon yang waktu itu sangat populer. Baik itu animasi, game, merchandise, dll. Biasalah, bisnis. Semoga saja sih bila game Pokemon Go benaran menjadi fenomenal, isu-isu seperti dahulu tidak kembali muncul. Bila muncul, saya percaya orang-orang zaman sekarang sudah pintar untuk mengantispasi dan menyaringnya. Kecuali kaum bigot sih.

Huwaaaa.... Tak terasa tulisan ini sudah mulai panjang tak ketulungan. Sampai di sini aja dulu. Bagi kalian yang perlu teman buat jalan-jalan mencari monster, saya bersedia nemanin. Sekalian bakar kalori. Asal carinya jangan tengah hari ya. Gila apa.

Saturday, July 02, 2016

THE LEGEND OF TARZAN

Walaupun relatif biasa saja, The Legend of Tarzan bagi saya cukup menghibur. Filmnya sendiri lebih manusiawi. Dan mengedepankan sisi drama yang penuh emosi. Terselip juga romantisme di dalamnya. Aksi-aksi cukup memukau karena dibarengi dengan kualitas spesial effects yang mumpuni. Ditambah lagi CGI yang sempurna. Saking sempurnanya, binatang dan hewan seperti gorila, singa, gajah dan lain-lain tampak seperti benaran. The Legend of Tarzan juga menawarkan berbagai pemandangan yang indah dan cantik dari benua Afrika. Baik itu hutan, pengunungan, sungai dan lainnya. Benar-benar memanjakan mata.

Dari segi cerita, memang agak berbeda dengan kisah Tarzan pada umumnya yang kita kenal. Karena seperti yang saya pernah baca informasinya bahwa The Legend of Tarzan ini mengadaptasi dari cerita versi komiknya (terbitan Dark Horse Comics). Namun tak menjadi masalah. Karena penonton tetap gampang untuk mengerti. Untuk storytelling-nya, sang sutradara memilih flashback atau kilas balik. Jadi tak perlu mengulang-ulang layaknya film Tarzan yang pernah ada selama ini.

Film ini sebenarnya diisi oleh jajaran pemain dan aktor watak yang luar biasa. Bahkan kelas Oscar (contohnya si Christoph Waltz). Sayang hal itu kurang maksimal dimanfaatkan. Mungkin ini dikarenakan keterbatasan eksplorasi peran yang ditokohkan. Tapi penampilan dari Samuel L. Jackson yang berperan sebagai karakter nyata George Washington cukup mencuri perhatian. Karena kerap kali melemparkan guyonan lucu yang menggelitik. Begitu juga Margot Robbie yang tampil mempesona sebagai Jane. Dan tentu saja, Alexander Skarsgaard yang berperan sebagai sang tokoh utama Tarzan, mampu melelehkan kaum hawa dengan ketampanan dan bentuk badannya yang menakjubkan itu.

Bukan sebuah film yang kuat dan membekas. Tapi film yang berdurasi sekitar 100 menit ini masih cukup oke untuk disimak sekaligus bernostalgia dengan karakter klasik ini.

6,5/10

Satu hal yang pasti dari film ini, Tarzan tak lagi memakai cawat. Auoooo.......

Thursday, June 23, 2016

INDEPENDENCE DAY: RESURGENCE

Independence Day: Resurgence merupakan sekual dari Independence Day yang rilis 2 dekade silam, tepatnya tahun 1996. Sebuah film yang mengusung genre action dan science-fiction. Pada sekuelnya kali ini, yang juga mengambil settingan 20 tahun setelah kejadian sebelumnya, diceritakan bahwa bumi beserta isi dan peradabannya kembali terancam binasa akibat serbuan dari mahluk luar angkasa. Dan seperti biasa, manusia berjuang untuk menyelamatkan bumi. Itu poin ceritanya.

Untuk sekuelnya kali ini, beberapa pemain lama (yang juga merupakan karakter inti) masih dipertahankan. Dan dikombinasikan dengan beberapa pemain muda yang cukup mumpuni. Hasilnya cukup bagus. Dapat menghidupkan dan kembali mengangkat film ini. Sayang, sang tokoh utama di film sebelumnya yang diperankan oleh Will Smith tak hadir pada sekuel ini (karena tidak mencapai kata kesepakatan soal honor).

Sudah bisa ditebak, film ini menampilkan visual effect yang top notch. Beberapa adegan ditampilkan begitu dahsyat dan megah. Siapa yang tidak merinding menyaksikan pesawat mahluk luar angkasa yang sebesar seperempat bumi berhasil mendarat di permukaan bumi. Namun, visual effect yang memukau tidak dibarengi dengan alur cerita yang kuat. Kurang maksimal dan masih terdapat kelemahan di mana-mana. Tapi harus diakui, endingnya membuat penonton penasaran. Akan seperti apa kelangsungan dari kisah ini.

Secara keseluruhan, Independence Day: Resurgence cukup menghibur walaupun tidak terlalu membekas di benak penonton. Tipikal film-film blockbuster musim panas. Intinya, don't expect too much. Namun satu hal yang pasti, film ini berhasil membayar rasa rindu para fansnya yang sudah lama menantikan kelanjutkan film ini. Juga kerinduan akan sebuah film yang bisa memberikan sensasi melalui invasi alien yang besar-besaran.

6,5/10

Sekadar selingan, dulu saya nonton film Independence Day lewat media Laser Disc loh. Kalo kalian? Duh, pengakuan umur banget deh.

Saturday, June 11, 2016

THE CONJURING 2

Tidak se-meneror film pendahulunya, namun harus diakui bahwa The Conjuring 2 tetap merupakan sebuah film horor yang solid dengan menampilkan sebuah tontonan yang mencekam, menyeramkan, mengerikan dan tentunya menakutkan. Sekali lagi kejeniusan dari sang sutradara berdarah Malaysia, James Wan, berhasil menciptakan sebuah film horor yang saya rasa akan menjadi film horor terbaik tahun 2016 ini. Film yang berdurasi sekitar 2 jam ini tetap mengambil sebuah cerita yang didasari oleh kisah nyata. Dan kali ini lokasinya ada di Inggris, bukan lagi di Amerika Serikat.

James Wan masih setia dengan gaya khasnya, yaitu berupa kejutan-kejutan menyentak yang ia hadirkan sepanjang film. Dengan sabar secara perlahan ia menggiring adrenalin serta rasa takut para penonton, mulai dari tahap ringan hingga sampai pada tahap eksekusi (jump scare) yang mampu membuat penonton di dalam studio menjerit dan teriak histeris bersamaan. Terlebih lagi saya ini yang sepertinya memiliki urat adrenalin pendek, cukup dengan atmosfir film yang tidak enak itu saja telah sukses membuat saya gelisah di kursi sepanjang durasi film.

Kesuksesan lain dari James Wan adalah ia sangat cerdik dan jitu untuk menentukan kapan momen penampakan diperlihatkan. Dan itu didukung pula dengan iringan musik (scoring) yang begitu efektif sekali penempatannya. Hal yang juga menjadi kekuatan dari The Conjuring 2 adalah kombinasi yang menawan antara teror mencekam nan menyeramkan dengan drama keluarga serta penggalian karakter di dalamnya yang begitu emosional. Agar penonton tak selalu diliputi ketegangan luar biasa yang bikin stres, dalam filmnya terdapat beberapa guyonan maupun lawakan yang bisa membuat penonton tertawa renyah. Sedikit aneh memang mengingat ini adalah film horor.

Sebagai konklusi, The Conjuring 2 adalah film horor yang sebenar-benarnya horor. Silakan ditonton dan rasakan sendiri sensasinya bagaimana jantung diajak bergejolak tak keruan disertai bulu kuduk yang berdiri. Dan menjeritlah sepuasnya.

7,5/10

Sayang sekali tidak ada adegan ritual exorcise (pengusiran setan) di dalam film ini. Padahal saya paling suka dengan yang beginian.

Wednesday, June 08, 2016

NOW YOU SEE ME 2

Dibandingkan pendahulunya, Now You See Me 2 ini bisa dikatakan banyak kehilangan sisi magis dan pesonanya. Tidak menampilkan sesuatu yang baru dan jauh dari kata greget. Banyak kejutan yang ditawarkan namun sayangnya tak memberikan kesan "wow" bila tak ingin dikatakan basi. Setiap film membutuhkan konflik yang cakep agar mampu meraih klimaks yang indah. Nah, sayangnya film ini kurang menghadirkan hal tersebut. Konflik dibuat berliku-liku yang akhirnya berujung pada klimaks yang melempem.

Secara isi cerita, apa yang dituangkan kurang lebih sama saja dengan film sebelumnya. Nyaris tidak ada inovasi. Alur cerita terlalu banyak dan berlebihan, yang mana dapat menyebabkan penonton dihinggapi rasa jenuh. Selain itu juga kurang intens dan tak ada semangat. Durasinya yang selama 2 jam bisa dikatakan terlalu lama untuk model film seperti ini. Sayang sekali memang. Padahal filmnya sudah dibuat lebih megah dan gegap gempita. Bahkan katanya bujetnya lebih besar dibandingkan film pertama. Tapi apa mau dikata, eksekusinya yang gagal.

Walau begitu, ada beberapa bagian dari film ini yang cukup menghibur atau setidaknya bisa mengangkat mood. Contoh yang paling jelas yaitu saat The Four Horsemen mengeluarkan trik-trik sulap memukau untuk mengecoh dan mengelabui petugas keamanan. Dan sedikit lawakan-lawakan jenaka yang setidaknya sanggup membuat penonton tertawa.

Akhir kata, Now You See Me 2 adalah film yang terlalu biasa dengan plot twist yang sangat mudah ditebak. Jika uang pas-pasan, ada baiknya simpan saja uang tersebut dan dialihkan untuk menonton film lainnya. Apalagi telah diperoleh informasi resmi bahwa film horor The Conjuring 2 segera tayang hari Jumat besok. Lebih menjanjikan.

5/10

Daniel Radcliffe salah casting!

Wednesday, June 01, 2016

TEENAGE MUTANT NINJA TURTLES: OUT OF THE SHADOWS

Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows serentak tayang mulai hari ini, Rabu, 1 Juni 2016, di kawasan Indonesia. Merupakan sekuel dari TMNT rilisan tahun 2014 lalu.

Bila dibandingkan dengan pendahulunya, menurut saya film ini jauh lebih mendingan. Terlebih lagi, film yang total berdurasi 112 menit ini sanggup mengajak kita untuk bernostalgia sejenak. Bagaimana tidak. Kali ini TMNT: Out of the Shadows menampilkan beberapa karakter villain yang membekas sekali di ingatan masa kecil kita. Siapa lagi kalau bukan duo edan Bebop dan Rocksteady. Masih kurang? Well, saksikan sendiri bagaimana penggambaran Krang (yes, dia hadir di film ini!) yang, jujur saja, super menjijikkan dan menggelikan serta menakutkan.

Dari segi cerita, biasa saja. Begitu pula dengan adegan aksi. Agak kurang menampilkan sesuatu yang "cowabunga". Tapi overall, cukup menghibur. Dan sudah barang tentu bukan TMNT bila tak menghadirkan kelucuan-kelucuan yang konyol. Sesekali mampu memancing gelak tawa penonton.

Menonton film TMNT: Out of the Shadows ini janganlah menyimak dengan seserius mungkin. Cukup duduk dengan rileks dan nikmati saja apa yang terpampang di depan mata. Maka dengan demikian kita akan merasa terhibur.

6,5/10

Megan Fox cakep abisss!

Thursday, May 26, 2016

WARCRAFT: THE BEGINNING

Warcraft: The Beginning, sebuah film yang diadaptasi dari game PC (Personal Computer) di mana game ini booming mulai era '90-an. Saya adalah salah satu penggemar beratnya walau hanya main sampai Warcraft III saja. Untuk DotA (Defence of the Ancients) saya terlalu ogah untuk mengikutinya. Tak bisa dipungkiri bahwa Warcraft merupakan salah satu game yang sanggup mengajak kita begadang bermalam-malam memainkannya saking candunya. Film yang berdurasi 2 jam ini sebenarnya dijadwalkan rilis bulan Desember 2015 kemarin. Namun diundur penayangannya karena di bulan itu ada film besar Star Wars Epispde VII: The Force Awakens.

Anyway, filmnya sendiri menurut saya biasa-biasa saja. Ceritanya relatif datar. Begitu juga dengan bagian actionnya. Namun ada beberapa adegan pertarungan yg bagus kok. Untuk bagian CGI dan special effect-nya harus diakui memang top notch sekali! Digambarkan sangat dan secara mendetail, terutama Orc-nya. Sudah bisa ditebak dari judulnya, film ini mengangkat kisah awal cerita Warcraft. Yakni asal muasal pertentangan dan konflik antara manusia dan Orc. Oh iya, untuk ras Elf belum terlalu terlibat di film ini walaupun terdapat beberapa kali penampakan karakter Elf.

Secara keseluruhan, Warcraft: The Beginning oke dijadikan sebagai tontonan penghibur. Dan berharap semoga ada sekuelnya. Tentunya dengan tambahan beberapa ras. Itu juga kalo pendapatan/penghasilan film ini sukses sih.

6,5/10

Thursday, May 19, 2016

X-MEN: APOCALYPSE

X-Men: Apocalypse, tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai hari Rabu, tanggal 18 Mei 2016 kemarin. Saya masih heran kenapa film ini promosinya tidak gencar seperti Batman v Superman: Dawn of Justice maupun Captain America: Civil War ya? Lupakan saja. Well, filmnya mengambil timeline era awal tahun 1980-an setelah kejadian dalam film X-Men: Days of Future Past. Sudah bisa dikatakan bahwa X-Men: Apocalypse adalah dunia X-Men yang telah direset ulang. Agar lebih mudah menyimak film ini, juga tentunya supaya tak menimbulkan tanda tanya dalam pikiran bahkan kebingungan, ada baiknya sebelum menonton X-Men: Apocalypse mesti menyaksikan terlebih dahulu X-Men: First Class dan X-Men: Days of Future Past. Tentunya juga juga harus khatam X-Men (2000) dan X2 (2003) silam sebagai tambahan referensi.

Walaupun tidak menawarkan sesuatu yang baru dan sedikit memiliki kelemahan pada plotnya serta penyelesaian konflik yang terlalu enteng, secara keseluruhan bagi saya film X-Men: Apocalypse terasa seru dan asyik. Banyak menampilkan dialog, tapi masih oke dan dalam batas kewajaran. Adegan aksi beberapa diantaranya cukup memukau (terutama adegan Quicksilver dan Jean Grey) dan bisa dikatakan menjadi pertempuran yang paling hancur-hancuran, berdarah-darah serta sedikit sadis dibandingkan film-film X-Men sebelumnya. Untuk masalah para pemain, entah kenapa karakter-karakter utama di film ini gagal menampakkan kharismanya melalui peran yang dilakonkan. C'mon, man! Siapa sih yang tak memuja-muja karakter besar pada tim X-Men seperti Jean Grey, Cyclops, dll tapi kok terkesan recehan seperti itu. Untunglah beberapa karakter baru serta pengenalannya kepada penonton bisa mengobati itu.

Walaupun tidak terlalu kentara, sisi drama yang cukup menggugah emosi bisa dijumpai di film ini. Juga, seperti biasanya, pergolakan dari cara berpikir dan pandangan dari masing-masing karakter utama yang memiliki peran penting di film ini, yakni Profesor X dan Magneto, tersampaikan dengan jelas kepada penonton. Bagaimana Charles Xavier memiliki maksud dan niatan agar kaum mutant dapat menjalin hidup bersama dengan manusia, serta Erik Lehnsherr yang sudah mencoba hidup senormalnya namun justru manusialah yang menjadi biang masalah hingga akhirnya memutuskan perjalinan itu. Yang menjadi villain utama di film ini sudah barang tentu Apocalypse. Yang dikatakan merupakan seorang mutant pertama yang ada di Bumi. Apocalypse yang memiliki nama asli En Sabah Nur ini memiliki tujuan ingin menjadi tuhan yang bisa mengatur dan memiliki segalanya. Untuk tujuan itu dia memerlukan seorang Charles Xavier.

Berhubung settingnya awal tahun 80-an, jangan heran bila di filmnya banyak terdapat popular-culture yang sesuai dengan tahun tersebut. Seperti mesin permainan Pac-Man, Star Wars: Return of the Jedi, bahkan termasuk lagunya METALLICA yang berjudul The Four Horsemen!

Anyway, poin plus yang mungkin menyenangkan hati fanboy dari X-Men: Apocalypse ini adalah filmnya banyak menampilkan referensi dari komiknya. Mulai dari Weapon X, hubungan rahasia antara Magneto dan Quicksilver bahkan sampai dengan X-Force. Jangan lupa untuk tetap waspada karena banyak cameo-cameo yang hadir di film ini. Tebak di adegan mana Blob hadir?!

Akhir kata, X-Men: Apocalypse adalah sebuah tontonan yang cukup menghibur. Sebuah penutup yang pas bagi trilogi X-Men baru, walaupun masih kalah bila dibandingkan dengan First Class dan Days of Future Past. Namun yang pasti X-Men: Apocalypse bisa menjawab puzzle (teka-teki) yang kosong. Saya optimis kalau film X-Men selanjutnya mampu berjalan lebih bagus dan lebih lega tanpa ada beban dari film-film X-Men terdahulu sebelumnya (X-Men, X2 dan X-Men: The Last Stand).

7/10.

Tambahan:
Jangan pulang dulu. Sebab ada adegan tambahan. Cuma satu. Adegan tambahan tersebut ada pada ujung film setelah credit benar-benar selesai. Isinya? Pengenalan karakter baru yang mungkin akan hadir pada film X-Men berikutnya.

Monday, May 09, 2016

Sensus Ekonomi 2016

Tepat seminggu sudah saya bertugas sebagai Petugas Cacah Lapangan (biasa disingkat PCL) untuk Sensus Ekonomi 2016 yang digelar mulai tanggal 1 hingga 31 Mei 2016 mendatang. Daerah yang menjadi tempat tugas saya berada di Kelurahan Pahandut Seberang. Acap kali oleh orang-orang sana sendiri disebut sebagai daerah orang pinggiran. Dari pengalaman saya mencacah lapangan selama seminggu ini, salah satu hal yang bisa saya sampaikan adalah bersyukurlah atas setiap apa yang telah kalian punyai dan miliki. Sebab di luar sana masih banyak orang-orang yang serba kekurangan dan tak seberuntung kita.

Dalam setiap aktivitas sensus yang saya lakukan kepada warga, saya selalu menyempatkan diri untuk mendengar dan berbicara kepada mereka. Asyik rasanya mendengarkan cerita orang-orang kecil dan pinggiran ini. Kadang dari mereka saya bisa mendapatkan motivasi & semangat hidup untuk pantang menyerah. Tentunya ini bisa menjadi bekal bagi kehidupan saya sendiri.

Ah, tak sabar rasanya untuk bergegas kembali ke lapangan dan menjumpai orang-orang yang hidupnya senantiasa setia pada perjuangan, yakni perjuangan demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Buat rekan-rekan PCL se-tanah air, yuk tetap semangat! Karena kita adalah garda terdepan dalam menentukan perekonomian di Indonesia ini.

Thursday, April 28, 2016

CAPTAIN AMERICA: CIVIL WAR

Captain America: Civil War berhasil membuka fase ketiga dari Marvel Cinematic Universe (MCU) dengan apik dan memukau. Total fun! Duo sutradara yang memiliki hubungan adik kakak, yakni Anthony Russo dan Joe Russo, yang sebelumnya juga menggarap Captain America: The Winter Soldier, sekali lagi menampilkan sebuah karya yang layak untuk diacungi jempol. Sama seperti The Winter Soldier, Civil War kental dengan "tone" dan pendekatan yang berbau politik serta berbumbu thriller.

Secara kasat mata, Civil War adalah film yang mengisahkan "tawuran" antar superhero yang melibatkan tim Captain America dan tim Iron Man. Namun jelas ini bukan sekadar asal tawuran. Karena di dalamnya begitu banyak menampilkan permainan ego, idealisme, sarat akan emosi dan intrik. Duo sutradara berhasil menggali dan mengembangkan satu per satu karakter yang ada di film ini dengan sukses. Terlebih karakter utama yang berperan dalam konflik ini. Yaitu Captain America dan Iron Man. Didasari latar belakang militer, Captain America/Steve Rogers berpikir dengan logika dan etika. Sedangkan Iron Man/Tony Stark adalah pebisnis atau pengusaha, wajar bila ia seorang oportunis. Perselisihan dan perbedaan cara pandang antara dua orang "pemimpin" ini, serta tentunya juga campur tangan pihak ketiga yang memanfaatkan situasi inilah yang menjadi tema dalam film Civil War kali ini. Dan penonton dipaksa untuk memilih untuk mendukung di pihak yang mana.

Setengah jam pertama alur Civil War berjalan lambat. Bisa dimaklumi karena "plot" sedang dibangun. Setelah itu barulah film mulai berjalan dengan intens. Dan puncaknya adalah saat pertarungan maha megah serta hancur-hancuran antara tim Captain America dan tim Iron Man di airport. Saya yakin siapapun orangnya pasti terkesima dengan rentetan aksi di bagian ini. Bahkan bisa dibilang ini merupakan adegan aksi TERBAIK dari semua adegan aksi yang pernah ada di Marvel Cinematic Universe hingga saat ini!

Dan tentu saja, kehadiran pendatang baru Spider-Man dan Black Panther di Civil War ini benar-benar mencuri perhatian audiensi. Bahkan hebat! Kredit layak disematkan kepada Tom Holland dan Chadwick Boseman. Di mana Tom Holland berhasil memerankan Peter Parker yang aneh, kikuk, canggung dan jago guyon. Serta Chadwick Boseman yang sukses menokohkan seorang T'Challa yang memiliki kharisma pemberani, agung dan berinteligensi. Pihak Marvel/Disney melakukan casting pemain yang benar dan jenius! Kehadiran dua tokoh ini selain menjadi pelengkap yang pas, juga menawarkan kedinamisan yang seimbang bagi tim.

Bukan Marvel namanya bila tidak menghadirkan joke-joke yang menggelitik perut, baik itu yang datangnya dari verbal maupun bahasa tubuh yang konyol. Setidaknya dapat memberikan penyegaran di tengah seru dan derasnya konflik yang terjadi di Civil War ini.

Civil War akhirnya menjadi penyempurna bagi trilogi Captain America yang sudah dimulai sejak  tahun 2011 lalu. Masih belum ada trilogi terbaik yang dimiliki oleh Marvel Cinematic Universe selain triloginya Captain America ini (trilogi Iron Man masih kalah jauh!). Semoga hal positif ini dapat menular ke film-film superhero Marvel Cinematic Universe lainnya.

Sebagai konklusi, Captain America: Civil War yang total berdurasi sekitar 2,5 jam ini sukses menjadi penghantar yang menawan bagi kehadiran Avengers: Infinity War. Menarik untuk diikuti konflik-konflik serta intrik apalagi yang akan terjadi di Marvel Cinematic Universe. Juga akan seperti apa dan bagaimana taktik Marvel/Disney berikutnya untuk memberikan tontonan superhero yang memuaskan bagi penonton awam maupun fanboy.

8,5/10.

Akan ada dua adegan tambahan. Yaitu di mid-credit dan post-credit. Tak terlalu penting sih. Jika malas menunggu, silakan diabaikan dan langsung keluar meninggalkan studio saja. Hehe.

Wednesday, April 20, 2016

EYE IN THE SKY

Eye in the Sky, sebuah film bergenre drama dengan latar politik/militer yang dibalut kental dengan nuansa thriller serta diberi bumbu suspens, menawarkan sebuah tontonan menegangkan yang cukup intens menggedor sejak awal hingga akhir. Selama kurang lebih 2 jam tensi penonton dipompa terus, dan juga tak memberikan kesempatan pada penonton untuk mengalihkan pandangan dari layar walau hanya sekejab sembari bertanya-tanya dalam hati dan kepala akan seperti apa kesimpulan akhir dari film ini.

Selain menampilkan sisi drama yang kuat serta pertentangannya yang menguras emosi, film ini juga menghadirkan sisi sentimental yang cantik serta haru dari seorang gadis cilik yang hobby bermain hula hop. Well, ini adalah film bagus. Sangat layak untuk disimak!

Film Eyes in the Sky sendiri menceritakan tentang satuan militer pengguna drone di London, Inggris yang sering ditugaskan untuk mengawasi pergerakan sekelompok teroris. Pada operasi kali ini, mereka dipimpin oleh Kolonel Katherine Powell (diperankan secara apik oleh Helen Mirren). Mereka diberi tugas untuk menangkap sekelompok teroris di Nairobi, Kenya. Lokasi target adalah sebuah rumah yang telah lama diawasi oleh badan intelijen Inggris. Tujuan untuk menangkap para teroris yang merupakan otak di balik sebuah kasus bom bunuh diri itu menjadi sulit saat di lokasi penangkapan yang akan dihancurkan itu ternyata terdapat anak kecil.

Mengetahui kenyataan itu, Kolonel Katherine Powell dihadapkan pada situasi dan pilihan yang sangat sulit. Selaku pimpinan operasi ia harus segera memutuskan, apakah ia akan menghancurkan persembunyian teroris walaupun ada anak kecil di situ atau harus menundanya dengan resiko para teroris itu bisa berpencar lagi untuk melakukan aksinya dan itu artinya misi mereka gagal.

Ditengah tekanan yang begitu hebat itu, Kolonel Katherine Powell tetap harus mengambil waktu yang tepat. Mereka dituntut untuk melakukan operasi dengan ketentuan waktu yang sangat ketat dan itu sangat tidak mudah. Menarik untuk disaksikan bagaimana mereka akan melakukan operasi itu.

8,5/10.

Saturday, April 09, 2016

THE JUNGLE BOOK

The Jungle Book aslinya adalah sebuah buku karangan Rudyard Kipling yang diterbitkan tahun 1894 silam. Sebuah buku yang dianggap oleh sebagian penggemar buku sebagai buku legendaris. Juga masuk dalam daftar 1001 buku yang wajib dibaca sebelum wafat. Wow! Buku The Jungle Book sendiri di dalamnya berisikan beberapa buah kisah pendek. Salah satunya adalah kisah Mowgli, seorang anak kecil yang hidup di belantara hutan yang diasuh dan dibesarkan oleh keluarga serigala. Kisah Mowgli oleh Disney sudah pernah dibuatkan dalam bentuk film/animasi. Tidak hanya film/animasi, Mowgli juga sempat merambah komik dan video games. Dan pada tahun 2016 ini, kisah Mowgli kembali dihadirkan dalam sebuah film (live-action) dengan judul yang sama, yaitu The Jungle Book. Rilis hari Jumat (8 April 2016) kemarin di Indonesia, seminggu lebih awal dibandingkan perilisannya di kawasan Amerika Utara.

Tipikal film-filmnya Disney yang berkategori semua umur (bila tidak ingin dikatakan filmnya anak-anak), The Jungle Book menawarkan sebuah kebahagiaan dan keceriaan yang bisa dijumpai melalui karakter-karakter di dalamnya. Selain itu pula menampilkan petualangan yang menyenangkan, seru dan juga menegangkan. Belum lagi ditambah dengan latar belakang pemandangan yang cantik serta indah, walaupun kebanyakan berupa CGI. Yang membuat film ini lebih hidup adalah kualitas voice acting-nya. Bagaimana tidak, untuk dubbernya diisi oleh aktor-aktor watak yang terkenal serta mumpuni. Seperti Bill Murray yang mengisi suara Baloo si beruang madu yang lucu terkesan urakan, Ben Kingsley mengisi suara Bagheera si macan kumbang yang bijaksana, dll.

Dari segi penuturan cerita memang bisa dikatakan sedehana, bahkan mungkin tidak ada sesuatu yang baru. Tapi, cara bercerita yang benar-benar humanisme setidaknya menjadi salah satu poin tersendiri bagi film ini. Semua binatang yang ada di film ini seakan-akan sama seperti kita manusia yang memiliki watak serta budi pekerti. Beberapa penyegaran yang ditampilkan berupa humor dalam canda-canda menggelitik juga setidaknya mampu membuat penonton minimal tersenyum lebar. Dan terakhir, penampilan dari Neel Sethi, si aktor cilik berdarah India yang berperan sebagai Mowgli cukuplah menjanjikan.

Secara keseluruhan, film yang disutradarai oleh John Favreau (yang sempat menangani Iron Man, Iron Man 2, Chef, dll) merupakah sebuah film yang benar-benar menyenangkan, membahagiakan sekaligus mengharukan. Dengan total durasi sekitar 110 menit, The Jungle Book cocok sekali sebagai sebuah tontonan keluarga. Karena bebas dari unsur kekerasan dan adegan yang tak pantas. Dan bagi penggemar berat The Jungle Book, inilah saat yang tepat untuk bernostalgia. Terima kasih layak ditujukan kepada Disney yang telah mengangkat kisah Mowgli dan teman-temannya ini ke layar lebar kembali.

7,5/10.

Auuuuuuu............

Thursday, March 24, 2016

BATMAN v SUPERMAN: DAWN OF JUSTICE

Batman v Superman: Dawn of Justice akhirnya tiba juga di layar lebar. Kita dipaksa menunggu selama 3 tahun sejak pengumuman resmi film ini. Saat itu Warner Bros (pemegang lisensi resmi untuk film-filmnya DC) memproklamasikan bahwa yang akan berperan sebagai Bruce Wayne aka Batman adalah Ben Affleck. Dan bisa diduga reaksi dari para penggemar komik maupun film superhero. Semua menghujat bahkan mengutuk. Karena itu pula lah Ben Affeck memutuskan untuk mengasingkan diri dari dunia online karena tak tahan dengan cercaan.

Yup, itu hanya sekadar intermezzo untuk mengingat kembali. Yang pasti Batman v Superman: Dawn of Justice tayang di Indonesia mulai tanggal 23 Maret 2016 kemarin. Indonesia diberi kepercayaan untuk tayang lebih dahulu dibandingkan negara-negara Asia, juga Eropa, bahkan di Amerika Utara sendiri. Wow!

Berhubung film ini disutradarai oleh Zack Synder, sosok yang juga menghasilkan film-film seperti 300, Watchmen, Sucker Punch serta Man of Steel, sudah bisa ditebak bagaimana isi dari film ini. Ya, benar! Batman v Superman: Dawn of Justice mengambil sisi yang gelap dan serius. Miskin dalam aksi, namun sekali beraksi mempertontonkan pemandangan yang brutal dan sadis. Juga jangan harap bisa dijumpai guyonan-guyonan yang renyah sepanjang film ala film-film superhero-nya Marvel/Disney.

Mau serius atau ringan, tentu tidak masalah. Namun yang menjadi gangguan dalam film ini adalah gaya bercerita Zack Snyder. Sepertinya ia bingung mau konsentrasi pada elemen cerita apa. Semua diceritakan. Hasilnya apa? Kacau. Paruh pertama alur cerita seperti pergi tak tentu arah. Ditambah lagi dengan banyak drama nan datar. Membuat penonton lelah. Untunglah paruh kedua dapat berjalan dengan baik bahkan bagus. Dan terbayar lunas pada 30 menit menjelang akhir di mana segala klimaks/puncak keasyikan film ini bisa dirasakan.

Poin plus dari penyutradaraan Snyder di film ini adalah bahwa Batman v Superman: Dawn of Justice dibuat selogis-logisnya ataupun senyata-nyatanya. Baik itu dalam gaya pertarungan antara dua tokoh komik superhero yang ikonik, maupun juga dari sisi emosional dan pergolakannya. Di mana Superman (masih diperankan Henry Cavill) tidak menyukai cara-cara Batman menghukum para pelaku kriminal, dan Batman yang juga tidak setuju dengan cara pertarungan Superman yang seenaknya membahayakan orang lain. Hal itu didasari karena pergolakan hati masing-masing. Superman yang berusaha menjadi orang benar namun masih dicap salah oleh sebagian orang. Sementara Batman yang doyan memberantas kejahatan tapi belum pernah bisa menemukan makna sesungguhnya dari perjuangannya itu. Inilah yang melatarbelakangi perselisihan serta ketidakpahaman antara Batman dan Superman. Yang akhirnya diprovokasi dan dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk kepentingan tertentu.

Selain duel maut serba hancur-hancuran antara Batman dan Superman yang memanjakan dan menakjubkan mata penonton, yang juga menjadi selling point dalam film ini adalah kehadiran Wonder Woman. Bisa dikatakan bahwa penampilan Wonder Woman yang bernama asli Diana Prince benar-benar mencuri perhatian penonton. Kehadiran Gal Gadot, aktris berdarah Yahudi, menjadi daya tarik tersendiri di mana di film ini ia tampil begitu mempesona dengan aura seksi serta misteriusnya itu.

Keseruan lain juga datang dari sang monster ciptaan Lex Luthor, yakni Doomsday. Mahluk ini berhasil menciptakan kengerian tersendiri. Menebarkan rasa khawatir bagi Trinity (Superman, Batman dan Wonder Woman). Dan Berkat Doomsday lah kita bisa menyaksikan bagaimana Trinity saling bahu membahu secara tim untuk mengalahkan Doosmday!

Batman v Superman: Dawn of Justice sah-sah saja bila dikatakan sebagai pembuka jalan menuju Justice League. Hal ini bisa dilihat dari cameo-cameo para "metahuman" yang ada dalam film ini. Tentunya akan membawa kita kepada referensi superhero lainnya. Di saat Marvel/Disney membutuhkan beberapa judul film agar bisa terhubung ke Avengers, DC/Warner Bros cukup dengan Man of Steel dan Superman v Batman: Dawn of Justice untuk membawa ke Justice League. Terkesan dipaksakan dan kurang rapi. Sebab ada beberapa origin yang belum disampaikan. Namun saya yakin hal ini akan dipoles pada film-film DC/Warner Bros selanjutnya.

Sebagai film superhero, menurut saya Batman v Superman: Dawn of Juctice yang total durasi waktunya memakan 2,5 jam ini masih cukup layak untuk disimak. Memang ada beberapa kekurangan, namun berhasil tertutupi dengan kelebihan lainnya. Jangan pedulikan rating film ini di berbagai situs atau portal film. Terutama Rotten Tomatoes yang memberikan rating 34% (sampai saat saya menulis review ini). Karena selera masing-masing orang tentu saja berbeda.

Oh iya, film ini diberi rating usia 13+. Ada baiknya anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun untuk tidak diajak nonton. Selain ada beberapa isi yang tidak pantas, juga banyak bagian-bagian yang agak susah untuk dicerna dan dimengerti. Justru kebingungan yang didapat nantinya.

Semoga berkenan.

7/10.