Tuesday, September 25, 2012

TED

Ted, film yang sukses membuat saya tertawa terpingkal-pingkal selama kurang lebih 100 menit. Lawakan-lawakan yang dihadirkan berbeda sekali dari lawakan-lawakan pada umumnya. Unik, mungkin bisa dkatakan begitu. Sebab lain dari yang lain. Model lawakan yang kemasa-kinian dan tentunya jenius. Bebas dari lawakan basi. Cuma di sini kita harus hati-hati. Lawakan verbal maupun tingkah laku yang dihadirkan dari film ini sangat terbilang "dewasa" dan vulgar. Jadi memang penonton yang sudah berumur sesuai standar film dewasa (di atas 17 tahun) lah yang bisa mencerna setiap lawakan yang ditampilkan. Jangan juga tertipu dengan poster filmnya yang sangat imut itu dengan tampilan boneka beruang. Saat menonton di bioskop kemarin, saya geleng-geleng kepala bagaimana bisa orang tua mengajak anaknya untuk menonton film ini. Saya yakin, selesai menyaksikan film, orang tua tersebut pasti akan sedikit merasa jera karena telah "membiarkan" anaknya mengkonsumsi hal-hal dewasa dan vulgar yang sebenarnya belum cukup umur untuk diterima, terlebih secara mentah-mentah.

Lepas dari hal-hal "dewasa" yang ada dalam isi ceritanya, film Ted bisa saya katakan sebagai film yang layak disimak oleh orang-orang yang masa mudanya hidup pada jaman rezim orde baru. Don't get offend. Itu hanya sebuah kiasan untuk menyebutkan orang-orang yang gaulnya di tahun '80-an. Gimana gak dikatakan jaman rezim orde baru, wong di dalamnya ada Flash Gordon, Star Wars, Knight Rider, dan lain-lain.

Secara genre, sebenarnya Ted tidak murni sebuah film komedi. Namun juga menyuguhkan sebuah drama yang sangat asyik untuk dinikmati. Mulai dari permasalahan sampai dengan pemecahan/jalan keluarnya. Angkat topi buat sang sutradara, Seth MacFarlane, yang memiliki ramuan khusus nan manjur.

Soal pemain, entah apakah Mark Wahlberg sudah pernah bermain di film komedi sebelum-sebelumnya (maklum, referensi/pengetahuan film saya minim sekali) atau tidak yang pasti menurut saya aktingnya cukup bagus dalam memerankan seorang pria yang sudah diambang batas untuk menikah. Demikian pula Mila Kunis yang makin hari makin terlihat hot saja. Mampu mengimbangi lawan mainnya dengan berperan sebagai seorang wanita yang memiliki pekerjaan bagus dan setia dalam mencintai pasangannya.

Ted menceritakan seorang bernama John Bennett yang masa kecilnya tidak memiliki seorang teman pun. Untuk menemani kesendiriannya itu, sang ayah menghadiahinya dengan sebuah boneka beruang yang lucu. Hingga suatu saat, setelah melihat bintang jatuh dan melakukan permohonan, boneka beruang tersebut menjadi hidup layaknya manusia. Baik itu bisa ngomong, beraktivitas, dan lain-lain. Persahabatan John Bennett dengan boneka beruang bernama Ted ini sangat dekat sekali dan terus berlanjut hingga John Bennett dewasa. Di balik hubungan persahabatan yang sangat dekat bahkan bisa dianggap saudara, ternyata membuat suatu permasalahan tersendiri yang mengancam kesetiaan diantara keduanya selama ini. Well, saya tidak berniat spoiler. Silakan tonton sendiri filmnya saja ya.

Di Amerika Serikat, Ted sudah dirilis sejak bulan Juli 2012. Untuk kawasan Indonesia, baru saja tayang sekitar beberapa hari yang lalu. So, buruan tonton deh. Sebab menurut saya pribadi, filmnya cukup worth to see. 

Selamat ngakak!

Sunday, September 23, 2012

PUTRID PILE - Blood Fetish

Blood Fetish, merupakan album terbaru miliknya PUTRID PILE, sebuah band beraliran brutal death metal asal kota Racine, Wisconsin (negara Amerika Serikat). Dirilis tanggal 1 Juni 2012 kemarin. Bagi yang mengikuti perkembangan musik-musik aliran brutal death metal, PUTRID PILE sudah barang tentu bukan nama yang asing. Sebelumnya telah menelurkan 3 buah full length album dimana ketiga-tiganya sangat direkomendasikan sekali. Mulai dari Collection of Butchery (2003), The Pleasure in Suffering (2005) sampai dengan House of Dementia (2009).

Susah untuk mengatakan PUTRID PILE adalah sebuah band. Sebab PUTRID PILE ini di dalamnya hanya diisi oleh satu orang personil saja. Yaitu Shaun LaCanne. Dia yang sebagai vokalis/guttural-nya, memainkan gitar, mengisi bass sampai dengan drum programming. Luar biasa. Melalui sentuhan Shaun LaCanne, PUTRID PILE terdengar menggoda dengan riff-riff gitar yang nge-groove dan iringan sick-ass drum machine!

Kembali omongin albumnya. Blood Fetish di dalamnya total terdiri dari 11 buah track. Dimana semua lagu-lagunya menawarkan sesuatu yang cukup baru dari lagu-lagu yang ada pada album-album sebelumnya. Sangat nampak sekali perubahan yang ada. Shaun LaCanne masih pada jalurnya, yakni setia menciptakan/menulis lagu-lagu beraliran keras yang catchy dan nge-groove serta tentunya nge-brutal death metal. Biasanya kita perlu mendengarkan album berkali-kali untuk menentukan apakah sebuah album itu bagus atau tidak. Hal tersebut tidak berlaku untuk album Blood Fetish ini. Cukup sekali putar dengan total durasi selama 33 menit, dijamin deh kalian akan berpikiran sama dengan saya. Yup, ini album yang sangat layak untuk dijajal oleh siapapun, terlebih lagi dan khususnya para pecinta brutal death metal. Guttural yang diperagakan oleh Shaun LaCanne terlihat garang. Lengkap, baik itu mulai dari low growl sampai pada high-pitched growl. Secara teknik bernyanyi, Shaun LaCanne sudah menguasai lah pokoknya.

Beberapa lagu yang bisa dijadikan highlight (versi saya) sebut saja title song Blood Fetish, Pottymouth, Face-Pounding Madness, Tortured Soul, Strangulation is the Only Answer dan Perpetual Bloodlust.

So what do you waitin' for? Just listen it and feel free to headbang your fucking head!

Monday, September 17, 2012

PROMETHEUS

Kesampaian juga untuk menonton film ini, walaupun hanya berupa file DVD-Rip hasil download di internet (maafkan saya). Entah kenapa sewaktu dirilis tanggal 6 Juni 2012 kemarin, film ini tidak singgah di bioskop kotaku sini. Padahal saya adalah penggemar berat franchise serial film Alien yang digarap oleh sutradara Ridley Scott. Yep, Prometheus adalah buah karya Ridley Scott yang ceritanya mengambil alur sebelum film Alien tahun 1979 itu. Bisa dikatakan ini adalah prekuelnya. Ridley Scott cukup lama "tertidur" di dalam menerbitkan karya-karyanya yang berhubungan dengan science fiction. Dengan hadirnya Prometheus setidaknya rasa kangen dari para penggemar beliau dapat terobati. Ridley Scott merupakan satu dari sekian sutradara yang paling imajinatif namun tidak terkesan ngasal dan sembarangan. Dia menyukai segala sesuatu hal yang berhubungan dengan dunia astronomi. Jadi segala sesuatu hal imajinatif yang ada di dalam film-filmnya dibuat sedemikian rupa mendekati dengan kenyataan beserta fakta yang ada.

Dari penjelasan saya di atas tadi bisa ditebak bahwa film Prometheus ini mengambil genre sci-fi, adventure dan thriller. Filmnya sendiri menceritakan petualangan sebuah tim penjelajah antariksa yang ingin mencari tahu asal usul manusia. Pada akhirnya mereka tiba pada sebuah planet yang dipercayai bahwa disitulah mereka bisa bertemu dengan sang pencipta manusia. Apa yang mendasari mereka ingin bertemu sang pencipta manusia tersebut? Isi film yang akan menjelaskan semuanya.

Secara keseluruhan, saya cukup menikmati film ini. Memang terasa berat. Penonton diajak untuk sedikit berpikir. Namun tenang saja, tidak akan sampai pada tahap membingungkan. Adegan-adegan thriller-nya juga dapat membuat jantung berdetak kencang. Sangat intens!

Atas nama pendapat pribadi, saya memberikan rating 4/5 bintang untuk film ini. Layak ditunggu kelanjutan dari film Prometheus ini. Karena endingnya sudah mengisyaratkan begitu. Can't hardly wait, Ridley!

Sunday, September 16, 2012

ICI Moratti Palangka Raya Bagikan Masker Gratis

Mengingat kabut asap (akibat pembakaran lahan dan hutan) yang semakin hari semakin menebal menyelimuti kota Palangka Raya, atas inisiatif dari semua member, ICI Moratti Palangka Raya pada hari Sabtu (15/09/2012), pukul 16.00 WIB bertempat di Bundaran Besar, Palangka Raya mengadakan pembagian masker secara gratis. Sasaran dari pembagian masker gratis adalah para pengendara motor (roda dua dan roda empat), bersepeda maupun pejalan kaki. Tujuan dari aksi ini adalah antisipasi bertambahnya Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang sewaktu-waktu bisa menyerang siapa saja akibat udara yang sudah dicemari dengan asap.

Pelaksanaan pembagian masker gratis dimulai pada pukul 16.00 WIB sore tepat. Masker yang disediakan sebanyak 300 buah. Tergolong sedikit memang. Namun jangan dilihat dari besar kecilnya. Ini adalah sebuah aksi dan pembuktian secara sukarela dan gotong royong dari ICI Moratti Palangka Raya bahwa komunitas fans tim sepak bola ini juga peduli dengan lingkungan alam sekitarnya. Kurang lebih 15 orang member ICI Moratti Palangka Raya dengan rasa sukacita dan bahagia membagikan masker kepada siapa saja yang lewat dan membutuhkan tanpa terkecuali. 300 masker yang disediakan langsung habis dalam kurun waktu 15 menit saja. Ini juga menjadi tanda bahwa masyarakat sangat membutuhkan bantuan masker untuk mengantisipasi asap yang tidak sehat itu. Kiranya pihak-pihak terkait yang berkompeten bisa bergerak daripada menunggu segala sesuatunya menjadi parah. Dengan adanya pembagian masker secara gratis tersebut diharapkan pengguna jalan dapat lebih terbantu dan tidak menghirup kabut asap secara langsung.

Bisa dibilang aksi pembagian masker gratis ini cukup sukses. Yang mungkin menjadi masukan adalah jumlah masker yang masih kurang banyak. Semoga hal ini bisa dipikirkan pada aksi-aksi berikutnya.

Terima kasih kepada rekan-rekan member ICI Moratti Palangka Raya yang sudah menyempatkan dirinya untuk membagikan masker. You're rocks, guys! 

FORZA INTER!

Catatan: Ulasan di atas sebelumnya sudah saya post di http://iciplk.blogspot.com

Wednesday, September 05, 2012

THE CABIN IN THE WOODS

Jujur, saya tertarik menonton film ini karena banyak teman-teman yang memberikan review positif akan film yang dirilis tahun 2011 kemarin ini (kawasan Amerika Serikat dan sekitarnya). Setelah meminta tolong sama teman untuk mengunduh file film ini di internet, akhirnya kesampaian juga diri saya untuk menyaksikannya. Setelah menontonnya, komentar saya cukup singkat dan jelas: MANTAP! Filmnya sendiri mengusung tema horror dan dibakut sedikit komedi. Saya tidak berani membeberkan jalan ceritanya di sini. Takut dikatakan spoiler. Yang pasti, silakan ditonton. Filmnya sangat direkomendasikan. Terlebih jika kalian adalah penikmat berat film-film bergenre horror dan mengenal banyak jenis-jenis monster/creature/mahluk aneh yang biasanya selalu menjadi "musuh" dalam setiap film-film dengan jenis seperti itu.

Ada baiknya sebelum menonton film ini jangan dulu baca review-reviewnya di internet. Silakan tonton dengan bekal "blank". Mungkin bagian awalnya sedikit klise. Tapi yakin lah mulai dari pertengahan hingga akhir film semuanya akan menjelaskan (khususnya 30 menit menjelang akhir). Ah, saya ingin menonton film ini untuk ketiga kali, keempat kali dan seterusnya nih. Ingin menyaksikan secara lebih mendetail.

Film The Cabin in the Woods ini disutradarai oleh Drew Goddard. Ini merupakan aksi debut menjadi seorang sutradara bagi dirinya. Sebelumnya dia adalah seorang penulis. Dan menurut saya debutnya sangat manis sekali. Layak untuk ditunggu karya-karya beliau selanjutnya. Di dalam menulis kisah film ini, Drew Goddard dibantu oleh Joss Whedon. Merasa tidak asing dengan nama Joss Whedon? Yup, dia adalah sutradara film The Avangers. Sedangkan beberapa pemainnya adalah Kristen Connolly yang berwajah manis banget, Chris Hemsworth (ingat Thor?), Anna Hutchison si cewek sensual dan masih banyak lainnya.

Dengan bangga, saya memberikan rating 4/5 bintang untuk film ini. Oh iya, film ini sebenarnya sudah ditayangkan di Indonesia sejak tanggal 28 Agustus 2012 kemarin. Namun entah kenapa penyebarannya tidak merata ke semua studio yang ada di Indonesia. Di bioskop kota saya film ini pernah ditayangkan pada jam midnight (malam minggu). Dan itu hanya sekali saja ditayangkan. Setelah itu tidak pernah lagi. Hmm....

Semoga berkenan.

Tuesday, September 04, 2012

THE BOURNE LEGACY

Baru nonton siang tadi. Nonton bersama seorang sahabat. Sebenarnya saya berniat kepingin nonton The Expendables 2. Itu tuh sebuah film yang di dalamnya banyak dijumpai aktor-aktor laga jadul. Namun sesampainya di 21 Cineplex Palma, teman merubah keputusannya dan ingin menyaksikan film The Bourne Legacy. Berhubung dia yang bayar, ya saya ngikut saja sih. Masa sudah ditraktir malah kita yang ngotot. Gak mungkin khan?

Selesai menonton film (adaptasi novel milik Robert Ludlum) yang mengambil alur sebelum The Bourne Identity (alias prekuel) ini, tanggapan saya akan film ini cukup datar saja. Tidak sebagus saganya Jason Bourne. Dan juga tidak jelek-jelek amat sih. Namun tetap saja terasa ada sesuatu yang hilang. Termasuk Jeremy Renner yang kharismanya tidak bisa menaklukkan perannya sebagai Aaron Cross. Entah kenapa saya masih terbayang Jeremy Renner sebagai tokoh superhero Hawkeye dalam film The Avengers. Jalannya cerita menurut saya sedikit berat. Penonton memang diharapkan memperhatikan dialog-dialog yang disampaikan agar mengerti jalannya cerita keseluruhan. Termasuk mengingat-ingat kembali cerita film The Bourne Identity yang dirilis tahun 2002 silam. Dampak negatif dari hal semacam itu adalah penonton cepat atau lambat akan merasa bosan. 

Adegan laga termasuk minim. Namun beberapa kali laganya mampu membuat penonton sedikit merasakan sport jantung yang luar biasa serta menahan nafas untuk beberapa detik. Sayang, adegan laga terakhir (di Manila) dimana Aaron Cross diincar dan balap-balapan dengan seorang agen rahasia asal dari Thailand sangat tidak memberikan rasa klimaks bagi saya pribadi. Biasa banget!

Alhasil, film ini saya beri rating 3/5 bintang saja. Bila saya boleh memberikan saran, mending nonton VCD/DVD-nya saja deh. Terlalu sayang rasanya mengeluarkan duit untuk menonton film ini di bioskop. Mungkin duitnya dialihkan buat menonton film The Expendables 2 saja? Soalnya saya lihat di situs Rotten Tomatoes, rating The Expendables 2 justru lebih bagus daripada The Bourne Legacy. Tahu saja khan gimana kritisnya orang-orang yang berkunjung dan berdiskusi di situs Rotten Tomatoes itu.

Semoga berkenan.