Saturday, October 19, 2013

Lama Vakum, KRKT Mengadakan Aksi Sosial

Sore tadi (Sabtu, 19 Oktober 2013) saya bersama beberapa teman dari komunitas Kaskuser Regional Kalimantan Tengah (biasa disingkat KRKT) mengadakan aksi sosial ke lokasi kebakaran Palangka Sari yang beralamatkan di jalan Darmosugondo, kota Palangka Raya. Kebakaran yang menghanguskan ratusan rumah dan puluhan toko ini terjadi pada hari Jumat tanggal 4 Oktober 2013 lalu. Akibat kebakaran itu, kerugian yang ditaksir mencapai puluhan milyar. Kunjungan kami ini juga sekaligus memberikan bantuan/sumbangan demi meringankan penderitaan para korban kebakaran. Bantuan yang disumbangkan hanya berupa uang tunai saja sih.

Yang saya sesalkan adalah jumlah kaskuser (sebutan untuk anggota pengguna forum Kaskus) yang datang dalam aksi sosial ini. Bisa dihitung dengan hari. Saya sedikit kecewa. Bagaimana tidak kecewa. Saat rapat untuk menentukan dan merencanakan aksi sosial ini, yang datang lumayan banyak. Entah kenapa saat aksi di lapangan jumlah yang hadir malah sedikit. Yah, saya hanya bisa berpikir positif saja. Mungkin diantara rekan-rekan kaskuser banyak yang berhalangan hadir karena masalah pekerjaan dan urusan lainnya. Setidaknya mereka sudah memberikan donasi.

Apapun itu, aksi dari Kaskuser Regional Kalimantan Tengah tadi sangat penting menurut saya. Kenapa penting? Karena KRKT sudah lama vakum dari kegiatannya. Seingat saya kegiatan terakhir KRKT adalah pada tahun 2011 lalu. Semoga para kaskuser sini dapat meluangkan waktunya untuk menghidupkan kembali komunitas yang sebenarnya cukup besar ini. Tidak perlu mengadakan aksi yang bertaraf besar bahkan heboh. Asal bisa mengikuti dengan semaksimal mungkin itu saja sudah cukup kok.

Sekedar celoteh di petang hari. Semoga berkenan.

Tambahan:
Link KRKT di forum Kaskus: http://www.kaskus.co.id/forum/385/kalimantan-tengah

Saturday, October 05, 2013

GRAVITY

Gravity, salah satu film bertema science yang saya tunggu-tunggu kehadirannya di tahun 2013 ini. Sebelumnya ada Oblivion, Elysium dan Pacific Rim yang menurut saya gregetnya kurang wah. Lantas, apakah Gravity juga bernasib sama? Tidak! Gravity sungguh luar biasa mempesona. Film yang disutradarai oleh Alfonso Cuaron ini menawarkan sesuatu yang baru bagi film-film bertema ruang angkasa. Bagi kalian yang memang menggemari ilmu ruang angkasa atau juga astronomi, jangan sampai melewatkan film yang indah ini.

Menyaksikan trailer dari film ini, saya tidak memiliki ide untuk menerka akan seperti apa film ini. Ternyata begitu selesai menonton filmnya, barulah saya memahami. Secara garis besar, film ini menceritakan 2 orang astronaut yang mencoba menyelamatkan diri setelah mengalami kecelakaan pada stasiun ruang angkasa. Pertualangan untuk bertahan hidup yang tertuang di dalam film ini mampu membuat penonton untuk turut merasakan ketegangan yang mencekam, bahkan juga ikut menahan nafas begitu ancaman dan rintangan mulai menghampiri. Dengan alur cerita yang sangat intens, penonton tidak sadar bahwa durasi film telah mencapai 93 menit.

Visual effect dan cinematography yang ada pada film Gravity layak untuk diacungi jempol. Saya tidak dapat berkata-kata bagaimana cantiknya pemandangan Bumi, ruang angkasa, dll yang ada dalam film ini. Salah satu bentuk kecantikan tersebut bisa disaksikan pada awal film. Dimana durasi 17 menit tersebut merupakan sebuah single-take shots. Alfonso Cuaron, yang juga sempat menyutradarai Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ini, memang doyan dengan teknik yang beginian. Masih ingat dengan film beliau yang berjudul Children of Men (2006)? Di situ ada adegan single-take shots yang sangat memukau sekali. Yakni saat sang tokoh utama memasuki sebuah gedung untuk menyelamatkan seorang bayi dan ibunya. Kembali ke Gravity. Dalam film ini dapat dijumpai beberapa teknologi CGI. Namun itu bukan menjadi masalah yang berarti. Karena film dengan tema seperti ini kadang memerlukan bantuan CGI. Saya menyarankan agar menonton Gravity 3D-nya saja. Efek 3D-nya sangat terasa sekali. Bagi kalian yang membenci 3D, kali ini kalian harus membuang ego kalian. Percayalah.

Akting dari tokoh utama film yang diperankan oleh Sandra Bullock (tampil cantik dengan rambut pendeknya itu) dan George Clooney sangat mumpuni sekali. Malah menurut saya, Sandra Bullock layak untuk memenangi, minimal ajang Golden Globe Awards, dalam perannya sebagai Ryan Stone di film ini. George Clooney (berperan sebagai Matt Kowalski) juga oke untuk dijadikan pemain pembantu terbaik. Di film ini digambarkan seorang Ryan Stone yang merupakan astronaut muda dan masih minim pengalaman. Sedangkan Matt Kowalski adalah astronaut profesional dengan jam terbang yang tinggi.

Secara keseluruhan, Gravity sangat direkomendasikan. Layak tonton. Dan saya yakin Gravity nantinya akan menjadi sebuah masterpiece untuk film-film bertema ruang angkasa. Hal itu mungkin bisa saja terjadi. Sebab James Cameron (Avatar) saja sampai memberikan komentar begini untuk film ini: "I think it's the best space photography ever done, I think it's the best space film ever done, and it's the movie I've been hungry to see for an awful long time". Wow! Jadi jangan heran nantinya bila guru-guru di sekolah menggunakan film ini sebagai bahan atau referensi untuk memperkenalkan dunia ruang angkasa kepada murid-muridnya.

Oh iya, bagi kalian yang claustrophobia, berhati-hatilah untuk menonton film ini.

In space no one can hear you scream!

Tambahan:
- Awalnya Robert Downey Jr. ditawarkan untuk berperan sebagai Matt Kowalski. Namun tidak jadi karena jadwal yang sibuk.
- Beberapa adegan tabrakan di luar angkasa sengaja tidak diberikan sound effect oleh sutradara agar film ini sedikit lebih realistis. Yup, di ruang angkasa tidak ada suara.
- Yang membuat takjub dari segi cinematography dalam film Gravity ini adalah kamera tracking dari luar pelan-pelan, lalu masuk ke helm Bullock, jadi POV, terus keluar lagi.
- Usia boleh 49 tahun, tapi body Sandra Bullock tetap yahud!

Tuesday, October 01, 2013

METALLICA: THROUGH THE NEVER

Syukurlah, untuk Indonesia jadwal rilisnya bersamaan dengan jadwal rilis di Amerika Serikat sono. Yakni pada tanggal 27 September 2013. Entah ada motif apa di balik pemakaian tanggal 27 September sebagai perilisan film Metallica: Through the Never ini. Yang pasti 27 September adalah tanggal dimana Cliff Burton (eks bassis Metallica) meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan bus saat Metallica sedang mengadakan tur di negeri Swedia.

Saya sendiri baru bisa menyaksikan film ini pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 kemarin. Maklum, bioskop di kota Palangka Raya mulai menayangkan Metallica: Through the Never pada tanggal 28 September 2013. Dan masa penayangannya hanya 2 hari saja, yaitu 28 s/d 29 September. Betapa beruntungnya saya yang sempat menonton film ini. Sebab, beberapa teman saya mengalami rasa sesal dan kekecewaan yang begitu mendalam saat tahu bioskop sini sudah tidak menayangkannya lagi.

Menonton Metallica: Through the Never ibarat menonton konser mereka saja. Sepanjang 90 menit, seperti yang kita ketahui bersama, diisi dengan pertunjukan Metallica yang memainkan beberapa buah lagu-lagu cadas nan tersohor itu. Baik itu mulai dari Creeping Death, For Whom the Bell Tolls, Ride the Lighting, One, ...And Justice for All, Master of Puppets, Enter Sandman bahkan sampai dengan Hit the Lights (sebuah tembang lawas dari album Kill 'Em All). Kejutannya, pada credit title bisa disaksikan Hetfield cs memainkan lagu Orion, sebuah lagu instrumental milik Metallica (diciptakan oleh Cliff Burton) yang sangat dicintai oleh fans beratnya.

Walaupun didominasi oleh aksi pertunjukan konser, Metallica: Through the Never memiliki jalan ceritanya sendiri. Yaitu seorang roadie bernama Trip, ditugaskan untuk mengambil suatu barang yang ada di dalam sebuah truk. Sepanjang perjalanan untuk menemukan dan membawa pulang barang tersebut, Trip mesti berhadapan dengan berbagai halangan dan rintangan. Yang sampai pada akhirnya mau tidak mau ia harus mempertaruhkan nyawanya sendiri. Kisah yang diramu dengan aksi pertunjukan musik Metallica ini cukup menghibur walaupun terkesan di luar logika.

Dari segi aksi/performa panggung yang ditampilkan oleh Metallica dalam film ini sepertinya tidak perlu disangsikan lagi. Salah satu poin bagus lainnya dari film ini adalah spesial efeknya. Sangat disarankan bagi kalian untuk menonton versi 3D-nya. Sayang banget, di studio saya nonton tidak tersedia 3D. Hanya 2D saja. Visualisasi dari isi lagu ke dalam bentuk lain juga layak diapresiasi. Lihat saja bagaimana saat lagu Creeping Death dimainkan, di panggung seakan-akan terjadi banjir darah. Atau munculnya penampakan nisan salib kuburan saat Master of Puppets mengalun. Atau juga saat lagu ...And Justice for All dikumandangkan, patung Dewi Athena berdiri dengan megahnya dan pada akhirnya roboh berantakan. Great! Untuk kualitas sound dari film ini sudah bisa dikatakan oke banget.

Syarat mutlak menonton Metallica: Through the Never adalah pastikan bahwa anda memang betul seorang penggemar berat dari band yang termasuk dalam "Big Four of Thrash Metal" ini. Jika anda bukanlah penggemarnya, bahkan tidak tahu lagu-lagunya Metallica, saya sarankan untuk tidak usah menonton filmnya. Saya juga menyarankan untuk menonton film ini bersama teman-teman sesama penggemar Metallica. Setidaknya nanti agar dapat ber-sing-along.

Saat saya kemarin menonton film ini, di dalam studio terdapat 8 orang penonton (iya, 'dikit banget!). Saat film tayang, entah kenapa hanya saya sendiri saja yang asyik bernyanyi-ria  Penonton yang lain hanya diam saja, layaknya menonton acara wayang kulit. Musik metal layak dinikmati dengan ekspresi yang garang! Oh, seandainya di dalam studio diperbolehkan untuk moshing, mungkin saya sudah gila-gilaan di depan layar bioskop.

Secara keseluruhan, Metallica: Through the Never menurut saya highly recommended! Apalagi buat kalian-kalian yang ngakunya penggemar berat Metallica. Film ini tentunya sebuah keharusan. Jika sudah begini, rasanya berat sekali untuk move-on dari band cadas yang memulai karir sejak tahun 1981 ini. 

METAL UP YOUR ASS!!!

Tambahan:
- Through the Never juga merupakan sebuah judul lagunya Metallica yang terdapat dalam album self-titled atau sering disebut dengan Black Album (rilis tahun 1991).
- Di situs Rotten Tomatoes, Metallica: Through the Never sempat mendapat rating 82%. Rating yang sangat bagus.