Wednesday, August 31, 2016

DON'T BREATHE

Don't Breathe, salah satu film bergenre horor dan thriller dengan tema "home invasion" yang menurut saya wajib untuk dijajal. Selain kreatif, juga inovatif. Menawarkan kengerian dan ketegangan yang dapat membuat penonton berteriak-teriak histeris bercampur panik. Dan itu belum lagi ditambah dengan kejutan-kejutan yang bisa membuat jantung berhenti sekejap saat. Sesuai dengan judulnya, film ini sanggup mengajak kita untuk turut serta menahan nafas saat menyaksikannya.

Don't Breathe bukanlah film hantu. Jangan terjebak dengan kata "horor" yang saya sebut di atas tadi. Walaupun tidak menampilkan penampakan sesosok mahluk halus, film ini sukses memberikan ketegangan yang sangat intens serta mencekam. Plotnya sederhana, yakni sekelompok anak muda yang ingin merampok rumah milik seorang pensiunan tentara yang tuna netra. Sepintas gampang. Namun ternyata segala sesuatunya di luar dugaan. Di rumah itu mereka justru menemukan hal di luar kewajaran yang pada akhirnya mengancam nyawa mereka sendiri.

Don't Breathe sendiri disutradarai oleh Fede Alvarez. Orang yang sama saat menggarap sebuah film remake berjudul Evil Dead pada tahun 2013 lalu. Fede Alvarez adalah sosok sutradara yang tidak segan-segan menampilkan adegan nyeleneh. Hal tersebut juga dia selipkan di film Don't Breathe ini. Diantaranya terkait BDSM.

Akhir kata, walaupun Don't Breathe hanya berdurasi sekitar 80 menit saja, itu sudah lebih dari cukup untuk menggedor jantung kalian. Buktikan sendiri.

7,5/10

Jika saya tak salah lihat tadi, sepertinya ada bagian yang disensor. Too bad.

Sunday, August 21, 2016

LIGHTS OUT

Ada yang belum menonton Lights Out? Bila iya, buruan aja nonton. Ini film horor bagus! Asli! Suer! Sumpah deh! Lights Out sendiri aslinya adalah sebuah film pendek yang berdurasi 3 menit. Oleh sang sutradara akhirnya dilebarkan menjadi sebuah tontonan menakutkan yang berdurasi 80 menit.

Lights Out bisa dikatakan sedikit berbeda bila dibandingkan dengan The Conjuring, The Conjuring 2 maupun Insidious. Lights Out tidak menampilkan rumusan twist-twist yang rumit. Yang ada justru tampil sederhana dan lugas bahkan klasik. Dengan satu konsep: menakuti-nakuti penonton secara alami mungkin dan konsisten. Hawa dan nuansa mencekam dibaluti dengan kengerian dapat dirasakan sepanjang durasi film ini. Menciptakan suatu hal yang dapat meneror psikologis penonton. Apalagi buat kalian-kalian yang memang fobia di tempat gelap. Maka menonton film ini dapat membuat anda merasa tertekan, sesak dan gelisah di kursi. Ketegangan-ketegangan melalui "jump scare" yang tampil mendadak dan mengejutkan itu juga tak segan-segan membuat anda berteriak histeris sekeras-kerasnya di dalam bioskop. Jadi, siapkan mental dan tahan nafas saat momen-momen menakutkan itu akan datang. Terutama bagi kalian yang urat adrenalinnya pendek.

Poin plus dari Lights Out adalah film ini sama sekali tak memperlihatkan penampakan dari si hantu secara jelas dan detail. Hanya berupa siluet. Namun itu sudah cukup untuk mempermainkan ketakutan penonton.

Dengan atmosfir yang gelap dan menyeramkan, jump scare yang jitu serta telak, penuh berbagai kejutan, Lights Out adalah film horor yang sebenar-benarnya horor. The Conjuring 2 pun terlihat cupu (padahal produsernya James Wan).

8/10

Jangan matikan lampu saat tidur!

Wednesday, August 10, 2016

THE SHALLOWS

Walaupun telat (sejatinya film ini rilis bulan Juni kemarin di seluruh dunia), The Shallows tayang mulai per hari ini di bioskop Indonesia.  Jujur, awalnya saya tidak tahu menahu perihal film ini. Sampai pada akhirnya saya menonton trailernya yang ternyata memicu hasrat saya untuk segera dan lekas menyaksikan film ini. Kenapa? Karena genrenya yang unik. Yaitu perpaduan antara drama, horor dan thriller yang dibaluti dengan aksi survival/cara bertahan hidup. Dan paling terutama adalah antagonisnya yang tak lain dan tak bukan adalah seekor ikan hiu. Ya, ikan hiu!

Singkat kata, The Shallows yang masuk dalam kategori B-movie ini adalah sebuah tontonan yang sanggup memberikan keseruan dan ketegangan tersendiri dengan memainkan adrenalin serta tensi penonton. Beberapa kali jantung saya dibuat berhenti sekejab detik dengan kejutan-kejutan yang di luar dugaan. Selain itu, film ini juga dapat menguji mental penonton karena tak jarang menampilkan adegan berdarah-darah dan pemandangan yang tidak enak.

Film yang berdurasi pendek (80-an menit saja) ini konsisten dan efektif dalam mengiring juga membangun atmosfir ketakutan yang ada sepanjang menitnya. Mengajak penonton untuk selalu lebih sering menahan nafas sembari menebak hal apa yang akan hadir selanjutnya. Dan pada akhirnya nanti film ini menawarkan ending yang di luar dugaan.

Salah satu hal yang menjadi poin plus dari film ini adalah tampilan pemandangannya yang luar biasa cantiknya. Ditambah lagi dengan cinematografi dan penampakan fotografi bawah air yang mempesona. Wow.

7/10

Just watch it. Dan rasakan sensasinya.

Wednesday, August 03, 2016

SUICIDE SQUAD

Suicide Squad tayang mulai hari ini di kawasan Indonesia. Dua hari lebih awal dibandingkan perilisannya di kawasan Amerika Utara sono. Suicide Squad merupakan film ketiga dari DC Extended Universe (DCEU) setelah Man of Steel dan Batman v Superman: Dawn of Justice.  Yang artinya sudah barang tentu film ini berkaitan dengan erat dengan 2 buah film yang telah disebutkan tadi. Suicide Squad mengambil timeline setelah kejadian tewasnya Superman.

Suicide Squad bisa dikatakan bukanlah film menceritakan tentang superhero. Melainkan sekumpulan penjahat atau anti hero yang dibentuk khusus oleh pemerintah dengan misi tertentu. Bahasa gampangnya, melawan suatu kejahatan dengan menurunkan tim penjahat. Tersebutlah dalam tim tersebut nama-nama familiar (bagi penggemar komik DC) seperti Deadshot, Harley Quinn, Captain Boomerang, Killer Croc, El Diablo, dll. Tim Suicide Squad ini juga dijuluki dengan panggilan Task Force X.

Lantas, bagaimana filmnya? Well, film yang secara total berdurasi 2 jam ini bagi saya biasa-biasa saja. Cenderung kurang greget. Inilah yang terjadi bila sang sutradara David Ayer yang saya analogikan mencoba untuk menjuggling terlalu banyak bola (di mana masing-masing bola memiliki keunikannya sendiri), menjatuhkan semua bola yang ada bersama-sama dan hanya mampu menangkap beberapa bola saja. Alhasil, dari semua karakter yang ada cuma beberapa karakter saja yang dapat digali dan dikembangkan. Sisanya hanya sekadar pajangan belaka. Tak bisa ditampik, penampilan Deadshot (Will Smith) dan Harley Quinn (Margot Robbie) benar-benar mencuri perhatian penonton. Joker yang diperankan oleh Jared Letto sama sekali tak meninggalkan kesan yang membekas. Justru hambar. Heath Ledger tetap menjadi Joker terbaik sampai saat ini!

Dari segi cerita, penuturannya agak keteteran. Padahal 30 menit pertama sudah cukup menjanjikan. Ke belakangnya malah kabur. Sepertinya kesalahan yang terjadi pada Batman v Superman: Dawn of Justice terjadi lagi di film ini. Yaitu di bagian editing-nya. Seakan-akan ada sesuatu yang janggal (plothole). Entah di bagian mananya. Walaupun ada beberapa klimaks, masih jauh dari cukup untuk memukau penonton. Adegan aksi? Tak ada yang spesial. Demikian pula dengan ketegangan. Untunglah joke-joke yang dihadirkan mampu memberikan kejenakaan dan hiburan tersendiri bagi filmnya. Salah satu hal yang menjadi poin plus bagi film ini adalah daftar lagu-lagu lama (era '80 & '90-an) yang diperdengarkan dan menghiasi film ini dari awal hingga akhir. Sebuah daftar yang sangat berkelas.

Apapun itu, bagi kalian yang seorang fanboy, Suicide Squad tetap layak tonton. Biar tahu film berikutnya seperti apa. Jangan lupa, ada cuplikan tambahan pada mid-credit. Jadi jangan dulu beranjak dari studio. Demikian.

6/10

Enchantress!