Wednesday, March 22, 2017

POWER RANGERS

Power Rangers! Siapa sih yang tidak kenal dengan unit superhero berkostum warna-warni yang sempat tayang di televisi swasta Indonesia ini. Sebuah tontonan favorit bagi generasi angkatan 90-an dan selalu ditunggu-tunggu tiap penayangannya. Dengan dirilisnya Power Rangers versi layar lebar di tahun 2017 ini sudah barang tentu disambut hangat oleh penggemar beratnya. Terutama dimanfaatkan untuk bernostalgia semasa kecil maupun remajanya dulu. Power Rangers, yang kali ini merupakan origin story dan direboot sehingga tak memiliki kaitan apa-apa dengan film pendahulunya, seharusnya dapat menjadi tontonan nostalgia yang "wah" serta luar biasa. Namun sayang, kurang dieksekusi dengan baik sehingga bagi saya Power Rangers hanya terkesan sebagai sebuah film yang biasa-biasa saja.

Secara umum, kelemahan ada pada penuturan jalan cerita (storyline). Padahal film ini ditangani oleh sineas Dean Israelite, yang sempat menyutradari film Project Almanac yang asyik itu. Memakan durasi yang panjang untuk menuju klimaks, lebih drama dan sepi aksi (kecuali sekitar 30 menit menjelang film usai), untung saja Power Rangers ini masih tetap enak diikuti karena diselipi dengan petualangan seru serta cipratan komedi apik yang sesekali dapat mengundang gelak tawa penonton. Pemilihan aktor/aktris yang berperan sebagai kelima jagoan menurut saya sudah bagus dan pas.

Bukan Power Rangers namanya bila tak menghadirkan pertarungan antara monster dan robot raksasa. Karena di sinilah selling pointnya. Kehadiran Megazord yang desainnya sangat keren, megah dan memukau itu jujur sempat membuat saya sedikit merinding.

Akhir kata, hanya rasa nostalgialah yang membuat orang-orang ingin menonton film ini. Menyaksikan film ini juga diperlukan kesabaran tingkat tinggi. Karena "Morphin Time" hanya muncul sekali saja dan itu ada menjelang penghujung film.

6,5/10

Ranger Pink cakep!

Wednesday, March 08, 2017

KONG: SKULL ISLAND

Kong: Skull Island merupakan film kedua dari "MonsterVerse", di mana sebelumnya pada tahun 2014 kemarin Warner Bros telah mengawalinya dengan Godzilla. Sesuai dengan judulnya, Kong: Skull Island sudah barang tentu menjadi ajang perkenalan untuk seekor primata raksasa yang bernama Kong. Saya rasa tidak ada satu pun orang di sini yang tidak tahu dengan karakter Kong ini. Karena memang Kong telah banyak dibuat versi filmnya, komiknya, permainannya, dll.

Kong: Skull Island mengambil cerita yang tidak sama dengan original story-nya. Bisa dimaklumi karena universe sudah berbeda. Namun tetap berpatokan dengan kisah sosok gorila raksasa yang tinggal di sebuah pulau tak terdeteksi dan ada tangan-tangan dari pihak luar yang mencoba untuk mengekplorasi pulau tersebut. Walaupun film ini dipenuhi dengan aktor dan aktris yang telah memiliki nama, tetap saja panggung utama ada pada diri Kong. Hal yang sepertinya memang disengaja oleh sang sutradara, Jordan Vogt-Roberts.

Ekspektasi yang datang dari orang-orang akan film Kong: Skull Island ini saya rasa bukanlah dari segi ceritanya. Namun justru dari penampakan visual akan sebesar apa, seseram apa, sebrutal apa dan sesadis apa Kong itu. Syukur hal tersebut dapat tergambarkan walaupun mungkin bagi beberapa orang kurang memuaskan. Pertarungan dan aksi-aksi Kong pada film ini bisa dikatakan cukup intens, megah, memukau serta memanjakan mata. Tak kalah dengan pertarungan maha dahsyat satu lawan satu antara Kong vs T-Rex tahun 2005 silam (film King Kong garapan Peter Jackson).

Kong: Skull Island sebuah tontonan yang layak disimak, juga sekaligus mengajak kita bernostalgia. Film ini saya rasa cukup aman untuk ditonton oleh anak-anak (tetap harus ditemani orang dewasa). Tak sabar rasanya untuk menunggu kelanjutannya, yakni Godzilla: King of the Monsters (2019). Dan juga puncak dari "MonsterVerse", yaitu Godzilla vs Kong yang rencananya dirilis pada tahun 2020 mendatang. Can't hardly wait!

7,5/10

Btw, ada adegan tambahan (after credit). Silakan tunggu sampai film benar-benar habis. Bila anda penggemar monster, maka adegan tambahan tersebut tentunya akan membuat anda menjerit histeris gembira!

Wednesday, March 01, 2017

LOGAN

Logan berhasil menjadi penutup trilogi Wolverine yang cantik sekali. Memang sedikit sedih mendengar informasi bahwa Logan adalah film Wolverine terakhirnya Hugh Jackman. Namun keputusan ini telah diambil bulat oleh Hugh Jackman mengingat ia sendiri sudah mulai uzur dan juga agar fokus pada penyembuhan kanker kulit yang diidapnya.

Indonesia diberi kebanggaan untuk menayangkan film ini pertama kali dibandingkan negara-negara lainnya. Logan tayang di wilayah Nusantara mulai hari ini, tanggal 1 Maret 2017. Selepas menonton film ini, bisa saya katakan bahwa Logan tampil sebagai sebuah film superhero yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan film-film superhero lainnya. Lebih manusiawi, drama dan emosional. Bahkan dapat menguras air mata. Dan juga, adegan-adegan maupun setting yang ada di film ini terlihat sangat alami, terutama dilatari dengan pemandangan-pemandangan yang indah mulai dari gurun, pegunungan sampai dengan belantara hutan. Sebelumnya memang pihak studio sempat mengatakan bahwa film ini akan meminimkan penggunaan CGI maupun green screen. Dan ternyata itu berhasil! Bravo!

Filmnya sendiri mengisahkan Logan alias Wolverine, sesosok mutant tua yang mulai rapuh, bersama sang mentor atau gurunya yang sudah mengalami degenerasi kemampuan otak, yakni Charles Xavier (Professor X) bertualang untuk mengantarkan seorang gadis cilik mutant ke sebuah tempat bernama Eden. Banyak rintangan yang mesti dihadapi. Perjalanan ini juga nantinya akan membuka sebuah tabir rahasia kecil Logan/Wolverine.

Walaupun lebih mengutamakan drama, Logan juga kerap menampilan aksi-aksi kekerasan yang brutal serta mengumbar darah dimana-mana. Akan ada beberapa adegan yang bisa dikatakan sadis yang dapat membuat penonton merasa ngilu dan meringis. Oleh karena itu, film ini tak layak bila dikonsumsi oleh anak kecil atau setidaknya perlu didampingi orang tua. Soal akting, jangan pernah meragukan Hugh Jackman dan Patrick Stewart. Karena mereka sudah pada level sebagai aktor watak. Kredit plus layak disematkan kepada pendatang baru bernama Dafne Keen, di mana ia memerankan Laura dengan manisnya. Untuk plot cukup kuat. Sangat fokus kepada inti cerita. Jadi takkan ada plot-plot tidak penting atau bertele-tele yang bertebaran di sana-sini.

Pada akhirnya, Logan menjadi pemberhentian terakhir dari seorang Hugh Jackman, di mana ia telah memberikan kemampuannya yang luar biasa untuk berperan sebagai Wolverine selama 17 tahun (dimulai dari X-Men tahun 2000 silam). Bukanlah sebuah waktu yang pendek. Kita mesti mengucapkan terima kasih atas dedikasi Hugh Jackman yang telah membesarkan sosok karakter komik ternama miliknya Marvel ini. Tak pelak lagi, Hugh Jackman adalah Wolverine dan Wolverine adalah Hugh Jackman. Sudah merekat dan identik. So long.

9/10