Sunday, March 16, 2014

300: RISE OF AN EMPIRE

Saya curiga film 300: Rise of an Empire ini merupakan film gay terselubung. Soalnya banyak menampilkan pria macho berotot penuh testosteron dan memakai cawat doang. Haha. Hanya sekedar canda. Jangan ditanggapi dengan serius. Yup, saya sudah menonton film yang rilis tanggal 7 Maret kemarin ini. Menurut saya filmnya biasa saja. Tidak jelek dan juga tidak terlalu bagus. Cukup oke jika ditonton hanya untuk mengisi waktu luang atau menghabiskan waktu bersama teman juga gebetan mungkin?

Secara garis waktu, 300: Rise of an Empire merupakan prekuel dari 300 (namun sesekali mengambil alur waktu setelah 300). Dimana dikisahkan bagaimana awal mula masa kejayaan dari seorang Xerxes, raja Persia yang sangat disegani akan kekuatan dan kekuasaannya itu. Di saat Xerxes meluluhlantakkan kota Athena (setelah mengalahkan Leonidas), sang panglima perang berparas cantik tapi sadis, yakni Artemisia, juga ikut bertempur dari sisi lain dan mesti berhadapan dengan pasukan Yunani yang dikomandoi oleh Themistocles. Pertempuran antara Themistocles dan Artemisia inilah yang menjadi fokus dari film 300: Rise of an Empire ini.

300: Rise of an Empire tidak menghadirkan sesuatu yang baru dibandingkan 300 (kecuali pertempuran yang ada tidak melulu hanya di darat, tapi juga di laut). Walaupun bermodalkan pertarungan yang dipenuhi dengan adegan tebas menebas dan darah muncrat kemana-mana, namun harus diakui untuk sinematografi bisa dikatakan oke. Mulai dari slow motion, adegan laga dalam pertarungan satu lawan satu, dll. Well, sedikit dangkal di dalam pengembangan cerita. Saya sendiri sempat merasakan jemu kala di studio bioskop. Selain itu juga, Themistocles yang diperankan oleh Sullivan Stapleton kurang memiliki kharisma. Masih kebanting dengan peran luar biasa Gerard Butler sebagai Leonidas. Kredit justru diberikan kepada Eva Green yang memerankan karakter Artemisia dengan apik sekali. Eva Green membuat karakter Artemisia menjadi kuat dibandingkan Xerxes itu sendiri. Dalam film ini, oke lah Artemisia berhasil dikalahkan oleh Themistocles. Tapi berhasil mencuri dan memenangkan hati penonton dengan pesona karakternya.

Oh iya. Zack Synder tidak lagi menjadi sutradara pada film ini. Ia hanya bertindak selaku produser saja. Sutradara jatuh kepada Noam Murro. Apakah sutradara ini berhasil atau gagal di dalam menyutradari film 300: Rise of an Empire ini? Silakan tentukan sendiri.

Semoga berkenan.