Thursday, July 28, 2016

JASON BOURNE

Mungkin ada yang bingung Jason Bourne ini film apa lagi sih? Well, saya jabarkan secara singkat. Masih ingat dengan The Bourne Identity (2002), The Bourne Supremacy (2004) dan The Bourne Ultimatum (2007)? Tentu ingat dong. Ketiga film ini sering disebut sebagai The Bourne Trilogy. Ceritanya masih mengambil konsep originalitas dari novelnya. Pada tahun 2012 lalu juga sempat ada The Bourne Legacy yang entah kenapa justru tidak dianggap oleh orang-orang. Walaupun Jason Bourne merupakan film kelima, namun secara timeline (lini masa) film ini meneruskan kisah dari The Bourne Ultimatum.

Jason Bourne ini bisa dibilang sekuel yang sebenarnya tak perlu untuk dibuat filmnya. Kisah pencarian jati diri dari David Webb sesungguhnya telah berakhir di The Bourne Ultimatum kemarin. Mungkin karena alasan bisnis, hadirlah Jason Bourne. Sebuah film yang juga sebenarnya tidak berdasarkan bukunya lagi. Jadi murni imajinasi dari penulis skrip.

Walau begitu, Jason Bourne masih menawarkan tontonan yang cukup menegangkan. Baik itu melalui aksi maupun spionase. Matt Damon yang sudah mulai dimakan usia masih terlihat segar bugar melakonkan berbagai adegan berantem. Alur cerita juga berjalan dengan cepat. Satu-satunya yang membuat saya kesal adalah pengambilan gambar dengan teknik "shaky/handheld cam" saat adegan aksi. Bikin pening kepala saja. Huh!

Secara garis besar film ini biasa saja. Tak menawarkan hal yang baru, termasuk dari segi ceritanya (biarpun sebenarnya terdapat konflik baru yang tetap melibatkan masa lalu dari seorang David Webb eks agen CIA). Tapi, bila kalian rindu dengan film aksi spionase yang lengkap dengan kejutan-kejutan tak diduga di dalamnya, maka film ini boleh lah untuk dijajal.

6,5/10

Bila film ini dibuatkan lagi sekuelnya, well, I give up. Cukup sampai di sini saja.

Friday, July 22, 2016

GHOSTBUSTERS

Ghostbusters is back! Memakan waktu kurang lebih 27 tahun, akhirnya tim pemburu hantu ini hadir kembali. Berbeda dengan versi originalnya, yakni Ghostbuster (1984) dan Ghosbusters II (1989) di mana membernya adalah laki-laki, kali ini semuanya adalah perempuan. Ghostbusters 2016 ini merupakan versi reboot. Ini dikarenakan Bill Murray (salah satu pemain di original Ghostbusters) yang menolak tawaran untuk sekuel dan juga salah satu dari keempat pemain sudah ada yang meninggal. Walaupun kini dihuni oleh kaum hawa, film ini tidak kehilangan sentuhan khasnya. Gokil! Pujian layak diberikan kepada sang sutradara Paul Feig, yang sebelumnya juga pernah menyutradarai film Spy, Briedsmaid, The Heat, dan masih banyak lagi.

Bisa saya katakan filmnya sangat menghibur. Abaikan saja bila situs-situs film mengatakan film ini jelek. Silakan ditonton dengan mata kepala sendiri. Keseruan yang menegangkan dibalut dengan aksi-aksi yang cukup memukau serta tingkah laku konyol benar-benar memanjakan penonton. Terlebih kelucuan yang sering tampil di film ini tak sedikit bisa menguras tawa renyah berkepanjangan dari awal hingga akhir. Salut juga kepada empat pemain utama di film ini. Mampu menokohkan karakternya masing-masing yang memiliki karakteristik berbeda.

Walaupun dikemas dalam bentuk komedi, nuansa horor dalam film ini lumayan terasa. Beberapa kali adegan-adegan menakutkan (lazim disebut jump scare) yang tampil tak diduga-duga mampu membuat jantung berhenti sepersekian detik. Bersiaplah kalian terkaget-kaget setengah mati!

Sebagai wujud respek, Ghostbusters 2016 membawa spirit dari film-film terdahulunya. Ini bisa dilihat begitu banyak cameo yang hadir di dalamnya, bahkan hal-hal kecil lainnya. Silakan hitung sendiri ada berapa hal yang bisa kalian kenali dalam film ini.

Akhir kata, tanpa berekspektasi lebih, Ghostbusters 2016 ini bisa dikatakan sebuah film reboot yang tergolong berhasil dan sukses. Penuh dengan kesenangan dan kejenakaan, juga bebas dari unsur kekerasan serta seksual. Bisa menjadi tontonan keluarga yang pas. Bila sudah begini, saya yakin Sony tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan menyiapkan sekuel terbarunya. Karena Ghostbusters adalah sebuah franchise yang dapat membawa keuntungan banyak. Tidak hanya film, namun juga hal lainnya seperti merchandise, dll.

7/10 

If there's something strange, in the neigbourhood. Who you gonna call? GHOSTBUSTERS!

Wednesday, July 20, 2016

STAR TREK BEYOND

Berbeda dengan dua film sebelumnya, yaitu Star Trek dan Star Trek Into Darkness yang disutradarai oleh J.J. Abrams, Star Trek Beyond kali ini digarap oleh Justin Lin. Walaupun Justin Lin kita ketahui kerap menggarap film-film yang bertema balapan mobil, ternyata ia mampu meramu dan meracik sedemikian rupa film yang bergenre action/adventure/science-fiction ini hingga menampilkan sebuah tontonan yang berkualitas.  Yup, tak bisa dipungkiri. Star Trek Beyond adalah sebuah film yang sensasional. Menurut saya pribadi, ini merupakan yang terbaik dari 3 buah seri film Star Strek yang telah dimulai sejak tahun 2009 lalu.

Ceritanya ternyata tidak berat. Dan juga tidak menitikberatkan pada dialog-dialog panjang seperti halnya 2 film sebelumnya. Kali ini lebih dimanjakan dengan adegan aksi yang cukup banyak. Alur cerita dan storytelling mengalir enak apa adanya dan gampang dimengerti oleh siapapun. Semua terlihat jelas, mulai dari pengembangan karakter/kasus, konflik hingga klimaks film. Tak sedikit juga di sini dijumpai guyonan serta candaan yang konyol namun berkelas yang dapat membuat penonton tertawa renyah. Dari sisi visual, sepertinya tak perlu dipertanyakan lagi. Special effect serta CGI bermain dengan apiknya. Sepertinya Star Trek Beyond pasti oke sekali bila ditonton versi 3D bahkan 4D-nya.

Salah satu hal yang memberikan keasyikan tersendiri dari film ini adalah Justin Lin menyelipkan bahkan menampilkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan Star Trek era tahun '80 dan '90-an (versi serial TV). Mengajak kita bernostalgia sejenak. Saya yakin kaum Trekkie (sebutan untuk penggemar berat Star Strek) pasti gembira dengan "kilas balik" seperti ini.

Oh iya. Ada artis dari Indonesia yang bermain di film Star Trek Beyond. Yaitu si Joe Taslim. Kali ini dia memerankan sebuah karakter bernama Manas, seorang villain yang menyerupai alien. Dan penampilan Joe Taslim cukup lama dan sering. Tidak seperti Yayan Ruhian, Iko Uwais dan Cecep Arif Rahman yang tampil hanya beberapa detik di Star Wars: The Force Awakens kemarin itu. Kehadiran Joe Taslim di film ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita.

Secara keseluruhan, sebagai konklusi dari saya, Star Trek Beyond adalah sebuah film petualangan serta aksi yang benar-benar menghibur dan menyenangkan. Silakan dirasakan sendiri bagaimana keseruan dan kejutan-kejutan yang ada. Dan dengar-dengar, bakal ada sekuelnya lagi. Wow!

8/10

Wednesday, July 13, 2016

Pokemon Go

Tak bisa dipungkiri, saat ini sedang demam Pokemon Go, sebuah game online yang dirilis tanggal 6 Juli 2016 kemarin. Hampir seluruh timeline akun Facebook dan Twitter-ku (kalo Path ada sebagian) diisi oleh updatean status maupun gambar yang berhubungan dengan Pokemon Go. Bahkan beberapa kawan saya di Palangka Raya telah membentuk komunitasnya walaupun masih taraf kecil. Luar biasa.

Pokemon Go sendiri adalah sebuah mobile game online yang berbasis Augmented Reality (biasa disingkat AR). Yaitu teknologi yang menggabungkan benda maya 2 dimensi maupun 3 dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata 3 dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tsb dalam waktu nyata. Pokemon Go agar bisa dimainkan memerlukan koneksi internet, hal ini dikarenakan dalam permainannya memakai fitur GPS. Secara garis besar, gameplay (cara bermain) dari Pokemon Go itu begini: menemukan monster yang ada di wilayah sekitar, berantem sebentar, dan monster pun menjadi hak milik pemain. Bila pernah menonton animasi dari Pokemon pasti mengerti kok. Proses mencari dan menemukan monsternya ini yang menjadi keseruan tersendiri. Kesannya bertualang. Baik itu jalan kaki atau mungkin naik sepeda. Baik perorangan ataupun rame-rame bersama kawan sehobby. Teman saya kemarin ada yang berhasil mendapatkan monster di Kantor Gubernur Kalteng. Ada yang mau coba cari monster di komplek Lapangan Sanaman Mantikei pada tengah malam? Atau Pal 12 mungkin? Eh.

Pokemon Go terlihat menarik dan menantang. Menggoda untuk memainkannya. Mengingat memory RAM di Android-ku sudah mulai penuh, saya masih galau apakah akan memasang game ini di Androidku atau tidak. Maklumlah, Android jadul. Hehe. Tapi kalo saran saya sih, Pokemon Go boleh lah untuk dijajal. Berbeda dengan game-game lainnya yang pemainnya hanya duduk diam saja, Pokemon Go sepertinya lebih menyehatkan. Karena mengajak pemainnya untuk jalan-jalan bertualang. Khan lumayan tuh buat cari keringat.

Saya yakin Pokemon Go akan menjadi fenomenal. Dan Pokemon kembali berjaya. Saya jadi teringat pada tahun 1999 silam. Pokemon mewabah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Semua orang merasa gemas dengan karakter Pikachu yang lucu dan imut itu. Saking fenomenalnya, waktu itu sampai muncul isu yang mengatakan bahwa Pokemon (dalam hal ini Pikachu) dianggap sebagai perwujudan kuasa gelap/iblis. Entah apa motif dari isu tsb. Mungkin untuk menjegal Pokemon yang waktu itu sangat populer. Baik itu animasi, game, merchandise, dll. Biasalah, bisnis. Semoga saja sih bila game Pokemon Go benaran menjadi fenomenal, isu-isu seperti dahulu tidak kembali muncul. Bila muncul, saya percaya orang-orang zaman sekarang sudah pintar untuk mengantispasi dan menyaringnya. Kecuali kaum bigot sih.

Huwaaaa.... Tak terasa tulisan ini sudah mulai panjang tak ketulungan. Sampai di sini aja dulu. Bagi kalian yang perlu teman buat jalan-jalan mencari monster, saya bersedia nemanin. Sekalian bakar kalori. Asal carinya jangan tengah hari ya. Gila apa.

Saturday, July 02, 2016

THE LEGEND OF TARZAN

Walaupun relatif biasa saja, The Legend of Tarzan bagi saya cukup menghibur. Filmnya sendiri lebih manusiawi. Dan mengedepankan sisi drama yang penuh emosi. Terselip juga romantisme di dalamnya. Aksi-aksi cukup memukau karena dibarengi dengan kualitas spesial effects yang mumpuni. Ditambah lagi CGI yang sempurna. Saking sempurnanya, binatang dan hewan seperti gorila, singa, gajah dan lain-lain tampak seperti benaran. The Legend of Tarzan juga menawarkan berbagai pemandangan yang indah dan cantik dari benua Afrika. Baik itu hutan, pengunungan, sungai dan lainnya. Benar-benar memanjakan mata.

Dari segi cerita, memang agak berbeda dengan kisah Tarzan pada umumnya yang kita kenal. Karena seperti yang saya pernah baca informasinya bahwa The Legend of Tarzan ini mengadaptasi dari cerita versi komiknya (terbitan Dark Horse Comics). Namun tak menjadi masalah. Karena penonton tetap gampang untuk mengerti. Untuk storytelling-nya, sang sutradara memilih flashback atau kilas balik. Jadi tak perlu mengulang-ulang layaknya film Tarzan yang pernah ada selama ini.

Film ini sebenarnya diisi oleh jajaran pemain dan aktor watak yang luar biasa. Bahkan kelas Oscar (contohnya si Christoph Waltz). Sayang hal itu kurang maksimal dimanfaatkan. Mungkin ini dikarenakan keterbatasan eksplorasi peran yang ditokohkan. Tapi penampilan dari Samuel L. Jackson yang berperan sebagai karakter nyata George Washington cukup mencuri perhatian. Karena kerap kali melemparkan guyonan lucu yang menggelitik. Begitu juga Margot Robbie yang tampil mempesona sebagai Jane. Dan tentu saja, Alexander Skarsgaard yang berperan sebagai sang tokoh utama Tarzan, mampu melelehkan kaum hawa dengan ketampanan dan bentuk badannya yang menakjubkan itu.

Bukan sebuah film yang kuat dan membekas. Tapi film yang berdurasi sekitar 100 menit ini masih cukup oke untuk disimak sekaligus bernostalgia dengan karakter klasik ini.

6,5/10

Satu hal yang pasti dari film ini, Tarzan tak lagi memakai cawat. Auoooo.......