Friday, June 14, 2013

MAN OF STEEL

Awalnya direncanakan rilis di Indonesia pada tangal 14 Juni 2013. Namun, mungkin dikarenakan antusias yang sudah tidak terbendung lagi dari penggemar Superman, akhirnya Man of Steel dimajukan sehari perilisannya menjadi tanggal 13 Juni 2013. Dan kebetulan saya menonton film ini tepat saat di hari pertama tayang di seluruh Indonesia dan negara-negara lainnya. Persis seperti dugaan, saat siang hari datang ke bioskop 21 untuk membeli tiket, antrian panjang sudah terlihat. Sepertinya bioskop 21 di kota manapun akan mengeruk keuntungan yang banyak dari film ini.

Okeh, sekarang fokus kepada filmnya. Film yang disutradarai oleh Zack Snyder (300, Watchmen) serta diproduseri Christopher Nolan (sutradara dari trilogi Batman) ini menawarkan sesuatu yang beda dibandingkan dengan film-film Superman yang sudah pernah ada sebelumnya. Zack Snyder tidak perlu mengisahkan bagaimana kisah Superman mulai dari kecil hingga beranjak dewasa. Tapi cukup memasukkan kisah masa kecil Superman dalam beberapa flashback yang dikemas sungguh baik. Walaupun tidak banyak, flashback yang dihadirkan pasti bisa ditangkap oleh penonton. Yaitu bagaimana sosok seorang Clark Kent kecil harus menerima kenyataan kalau dia "berbeda" dengan orang pada umumnya. Dengan kekuatan yang dimiliki, diperlihatkan juga Clark kecil yang harus mampu bersikap mengalah, menahan diri dan bersabar walaupun amarah sudah di ubun-ubun.

Berbicara soal cerita, Man of Steel ternyata tidak seberat Batman Begins, The Dark Knight maupun The Dark Knight Rises. Padahal sebelum menonton, saya berpraduga bahwa Man of Steel akan menampilan cerita yang berat. Mengingat ada campur tangan Christopher Nolan dalam film ini. Ternyata saya salah. Cukup ringan. Anak-anak remaja pasti bisa mengikuti ceritanya dengan mudahnya. Alur film cukup cepat. Tidak perlu bertele-tele yang kadang bisa membuat penonton merasa jenuh. Sangat pas dikombinasikan dengan adegan-adegan laga dalam film ini dimana menampilkan penghancuran yang luar biasa di sana-sini. Suatu hal yang sudah ditunggu-tunggu oleh penggemar berat Superman sejak dulu. Bahasa kasarnya sih, jangan tanggung-tanggung bikin aksi laga.

Film Man of Steel ini nuansanya sedikit gelap. Zack Snyder sepertinya ingin menggambarkan keseriusan yang ada dalam filmnya. Dan menurut saya berhasil. Saya yakin film-film superhero DC Comics di bawah Warner Bros lainnya akan menerapkan konsep yang sama. Kemarin Batman. Sekarang Superman. Tidak menutup kemungkinan seperti Wonder Woman, Aquaman dan lain-lainnya.

Lantas, bagaimana dengan Henry Cavill, orang Inggris pertama yang berperan sebagai Superman? Menurut saya cukup oke lah. Jangan membandingkan Henry Cavill dengan Christopher Reeves. Sebab Reeves selalu menjadi pemenangnya. Beberapa adegan yang ditampilkan oleh Henry Cavill cukup sampai dan terasa ke penonton. Simak saja bagaimana jeritan kesedihan dari Clark Kent begitu Jonathan Kent (ayahnya) diterjang angin topan. Dan juga bagaimana perasaan kehilangan sesama mahluk planet Krypton saat harus memutuskan untuk mengakhiri hidup Zod (ups, spoiler). Terus, Amy Adams sebagai Lois Lane? Cukup cocok. Amy Adams sanggup memerankan seorang Lois Lane, yaitu sosok wanita berpendirian, kritis dan pintar yang mampu memberikan semangat dan harapan pada Superman. Pemeran pembantu hampir sebagian besar memerankan perannya dengan bagus. Kredit layak diberikan kepada Russell Crowe yang berperan sebagai Jor El dan Kevin Costner sebagai Jonathan Kent.

Secara keseluruhan, menurut saya Man of Steel layak untuk ditonton. Memang sih ada beberapa kekurangannya. Tapi tak apalah dicoba dulu. Saya aja berniat untuk menonton yang kedua kalinya. Sedikit heran bagaimana kritikus di situs Rotten Tomatoes memberikan rating yang kurang bagus akan film Man of Steel ini.

Semoga berkenan.

"Every person can be a force for good, free to forge his own destiny." - Jor El

1 comment:

Steve Finnell said...

you are invited to follow my blog