Saturday, May 17, 2014

CAPTAIN AMERICA: THE WINTER SOLDIER & THE AMAZING SPIDER-MAN 2

Captain America: The Winter Soldier tayang di Indonesia pada awal bulan April 2014 lalu. Merupakan sekuel dari Captain America: The First Avenger serta mengambil setting setelah film maha sukses The Avengers tahun 2012 itu. Captain America: The Winter Soldier merupakan film ke-9 Marvel semenjak MCU (Marvel Cinematic Universe) yang dimulai tahun 2008 dengan film Iron Man. Secara keseluruhan The Winter Soldier, bagi saya, adalah film yang sangat bagus. Bahkan dengan berani saya mengatakan bahwa The Winter Soldier adalah film terbaik Marvel hingga saat ini. Cukup berbeda dengan film superhero Marvel lainnya, The Winter Soldier menawarkan sesuatu yang beda. Sebuah film dengan nuansa political thriller. Menampilkan berbagai intrik politik, penyalahgunaan kekuasaan dan pengkhianatan di dalamnya. Kurang lebih mengingatkan kita akan trilogi The Bourne (aksi spionasenya). Bila karakter utamanya tidak menggunakan kostum yang ikonik dan menggunakan tameng, kita tidak tahu bahwa ini adalah film yang diadaptasi dari sebuah komik.

Alur cerita memang sedikit berat dengan banyak dialog. Namun saya rasa masih mampu dicerna oleh penonton. Alur ceritanya semakin berkembang di tiap menitnya. Dan mencapai klimaks pada akhir film. Sebuah klimaks yang membuat penonton tersadar bahwa telah digiring dalam sebuah permainan manipulasi pikiran. Walaupun bernuansa political thriller, bukan film superhero namanya kalau tidak menyertakan adegan aksi pertarungan (hand combat) yang cukup seru, real (tidak berlebihan) dan mampu membuat adrenalin penonton terpompa.

Penokohan karakter yang dilakoni oleh Chris Evans (sebagai Steve Rogers/Captain America) dan Scarlett Johansson (sebagai Black Widow) semakin lama semakin matang saja. Ini berarti mereka sudah nyaman di dalam memerankan karakter tersebut. Kredit layak diberikan juga kepada Sebastian Stan yang berperan sebagai The Winter Soldier, sosok yang dingin, pendiam dan tanpa ampun.

Alhasil, Captain America: The Winter Soldier adalah sebuah film yang menyenangkan. Layak untuk disimak. Tidak sabar rasanya untuk menunggu The Guardian of the Galaxy yang rencananya akan rilis antara bulan Juli dan Agustus ini.

Sekarang giliran The Amazing Spider-Man 2 yang akan saya coba review secara singkat. Rilis di Indonesia tanggal 30 April 2014. Sekuelnya kali ini diberi tajuk Rise of Electro. Melihat tajuknya, serta juga trailernya yang menurut saya terlalu jor-joran previewnya, The Amazing Spider-Man 2 menampilkan Electro sebagai villaninya. Villain yang kurang populer sebenarnya di komik. Kalah jauh dibandingkan dengan Lizard, Green Goblin, Doctor Octopus, Sandman bahkan Venom atau Carnage. Tapi melalui peran yang dilakukan oleh Jamie Foxx, karakter Electro mendapatkan tempat di hati penonton.

Di tangan asuhan sutradara Alan Taylor, The Amazing Spider-Man 2 seakan-akan berubah menjadi film drama remaja yang kental dengan kisah seluk beluk percintaan. Bagi sebagian orang, drama yang dihadirkan pada film ini terlihat terlalu banyak dan bertele-tele. Yang mungkin bisa membuat penonton sedikit merasa jenuh dan kebosanan di atas kursi studio bioskop. Karena sejatinya yang namanya Spider-Man tentu harus penuh dengan adegan aksi. Sang sutradara sepertinya ingin menonjolkan hubungan yang emosional antara Peter Parker dan Gwen Stacy. Ditambah juga dengan ragu-ragunya Peter Parker untuk mencintai Gwen Stacy karena menganggap pekerjaan yang dilakukan oleh dia (Spider-Man) adalah pekerjaan yang berbahaya dan beresiko. Peter ingin Gwen tidak terlibat di dalamnya.

Adegan aksi (walaupun kebanyakan menggunakan CGI dan special effect) di dalam film The Amazing Spider-Man 2 ini cukup memukau dan mengundang kagum. Terlebih lagi jika menonton filmnya dengan format 3D. Sangat terasa sekali efek 3D-nya.

Well, The Amazing Spider-Man 2 merupakan sebuah film yang fine-fine saja untuk ditonton. Btw, di sini akan ada sebuah kejadian yang sungguh tragis. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah kematian Gwen Stacy. Ups, spoiler kah? Dan, sayang sekali Rhino hanya tampil sekejab. Jika memang penampilannya hanya numpang lewat saja, harusnya Rhino tidak perlu ditampilkan dalam trailernya. Ahh....

No comments: