Friday, March 11, 2016

Memburu Gerhana Matahari Total di Bukit Tangkiling, Palangka Raya

Sebagaimana kita ketahui bersama, hari Rabu tanggal 9 Maret 2016 bertepatan dengan Hari Raya Nyepi kemarin merupakan hari di mana terjadi sebuah fenomena alam, yakni pertunjukan kosmik Gerhana Matahari Total (GMT). Lebih spesialnya, kali ini GMT hanya terjadi di negara Indonesia saja. Ada beberapa wilayah. Mulai dari dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sampai dengan Maluku Utara. Dan Palangka Raya, menjadi salah satu daerah yang beruntung dilewati oleh jalur GMT. Oleh karena itulah saya pribadi tentunya sangat antusias menyambut kehadiran GMT ini.

Bersama rombongan, yang isinya beberapa murid sekolah SMP dan SMA, serta kawan-kawan dari NGAMEN (NGANU MANAJEMEN), kami melaksanakan pengamatan GMT di Bukit Tangkiling (sekitar 45-60 menit dari kota Palangka Raya). Berangkat dari Palangka Raya menuju Tangkiling pada hari Selasa (8 Maret 2016), pukul 16.00 WIB tepat. Sesampainya di sana, kami pun menginap di sebuah pendopo yang telah disiapkan. Sembari menunggu esok, kami pun melakukan beberapa games, akustik gitaran dan juga sharing astronomi.

Tepat pukul 03.00 WIB pagi, kami telah bangun dan bersiap-siap untuk mendaki Bukit Tangkiling. Sesuai rencana, kami memang akan menyaksikan GMT di puncak Bukit Tangkiling. Dengan alasan supaya bisa melihat lebih jelas. Sekitar pukul 03.30 WIB, hujan turun. Relatif ringan. Namun berangin deras. Dan pukul 04.30 WIB, hujan telah reda. Saya dan rombongan pun akhirnya memulai pendakian Bukit Tangkiling yang lumayan terjal dengan sudut kemiringan kurang lebih 60 derajat. Di tengah pendakian, gerimis yang cukup deras datang. Namun tidak menyurutkan langkah kami untuk terus naik ke atas. Dengan estimasi waktu sekitar 30 menit, kami pun telah sampai di puncak bukit.

Alam sepertinya belum mendukung niat kami untuk menyaksikan GMT ini. Gerimis ringan dan deras terus datang silih berganti. Ditambah lagi dengan awan tebal di atas yang senantiasa betah menutupi Sang Surya. Berikut foto yang saya ambil dari atas Bukit Tangkiling 1 jam sebelum terjadinya GMT:


Walaupun cuaca tidak mendukung, semua orang yang telah hadir di atas Bukit Tangkiling tetap setia menantikan detik-detik terjadinya GMT. Tidak hanya warga lokal, di atas bukit juga banyak dihadiri oleh warga asing. Berikut penampakannya:


Dan tepat pada pukul 07.28 WIB, GMT pun terjadi. Cuaca yang semula terang perlahan berubah menjadi gelap. Suhu pun turun. Ditambah dengan angin yang bertiup kencang. Inilah yang disebut dengan "angin gerhana" dikarenakan adanya perubahan suhu yang signifikan. Selama 2 menit terjadinya GMT orang-orang yang ada di atas Bukit Tangkiling berteriak dan berseru-seru saking kagumnya dengan fenomena alam yang bisa dijumpai di daerah yang sama sekitar 350 tahun lagi. Dan akhirnya cuaca terang kembali. Berikut foto yang sempat saya ambil saat GMT:


Tiga puluh menit selepas GMT, kami pun memutuskan untuk turun bukit. Dan tepat pada pukul 10.00 WIB, saya dan rombongan pulang kembali menuju Palangka Raya. Walau sedikit kecewa karena tidak bisa menyaksikan GMT, yakni saat Matahari tertutup oleh Bulan sepenuhnya, juga ingin melihat Korona yang super indah itu, setidaknya kami pernah merasakan bagaimana situasi keadaan di sekeliling kita saat terjadinya GMT. Suatu peristiwa yang mungkin akan kita alami sekali saja dalam hidup kita.

Oh, iya. Temannya teman saya saat GMT kemarin berhasil mendapatkan spot (titik) GMT yang menurut saya cukup bagus. Orang tersebut mengambil gambar di bawah Jembatan Kahayan Palangka Raya. Berikut hasil fotonya:

Kredit foto: Topan S.A.
Bagaimana? Lumayan jelas, bukan?

Oke, segini saja ringkasan/cerita saya seputar menyaksikan Gerhana Matahari Total 2016 kemarin. Sekadar informasi, Gerhana Matahari Total akan terjadi lagi di Indonesia pada tahun 2023 di Papua. Jadi bagi yang masih penasaran ingin lihat GMT, segera menabung mulai sekarang. Dan tentunya jaga kesehatan agar umur panjang.

Salam.

No comments: