Friday, November 19, 2010

HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS: Part 1

Yak, tadi siang saya sempatkan diri untuk menonton fllm ini. Maksudnya sih pengen liat seperti apa garapan terbaru dari sutradara David Yates ini. Mengingat seri film Harry Potter sebelumnya, yakni Harry Potter and the Half-Blood Prince, banyak mendapat kritik karena dianggap membosankan. Pembelaannya sih yah karena dari novelnya juga begitu. Setelah menyaksikan The Death Hallows: Part 1, yah apa boleh dikata. Sama aja, itu menurut pendapat pribadiku.

Tidak bisa dipungkiri, dari awal hingga akhir kebanyakan adegan diisi dengan dialog saja. Masih mending kalo dialognya dilakukan di berbagai tempat. Lah ini di hutan mulu. Ditambah dengan dragging tempat lainnya. Tapi untuk background di daerah bebatuan dan pegunungan, saya sangat suka sekali tuh. Terasa sekali nuansa keindahannya. Selain itu alur cerita sangat pelan sekali. Suatu hal yang bisa menimbulkan kesan boring (jenuh, membosankan). Untung saja humor verbal maupun tindakan yang dilakukan oleh Ron dan Hermione sedikit bisa membuat mata melek dan pikiran kembali cerah.

Dibandingkan serial-serial Harry Potter lainnya, seri ini sangat terasa sekali suasana gelap dan kelam-nya. Dan positifnya, saya suka dengan hal ini. Untuk urusan visual effect maupun CGI (computer-generated imagery) nya rasanya tidak perlu diragukan lagi. Nyaris sempurna. Yah, sekarang khan tahun 2010. The Lord of the Rings yang rilis tahun 2004 lalu aja bisa menghasilkan CGI sebagus itu, apalagi sekarang?
Deathly Hallows: Part 2 sudah dipastikan akan menjadi bagian klimaks sekaligus pamungkas untuk menutup kisah ini. Para penonton yang notabene bukan pembaca setia novelnya seperti saya ini tentunya berharap dan menginginkan agar di Deathly Hallows: Part 2 nanti tidak lagi pelit dengan adegan laga. Tuntaskan saja semuanya.

Oh iya, di film ini ada beberapa hal yang rasanya kurang diberikan penjelasan. Seperti contohnya bagaimana bisa pedang Gryffindor tiba-tiba ada di bawah air yang membeku. Juga mana Bathilda asli? Kok tiba-tiba sudah disamar oleh ularnya Lord Voldemort, yaitu Nagini. Dan masih ada lagi sih. Mungkin hal-hal tersebut akan dibahas pada Deathly Hallows: Part 2. Ataukah kita memang diharuskan untuk membaca novelnya? Oh my gosh!

Secara keseluruhan, menurut pribadi saya, film ini biasa saja. Tidak terlalu bagus namun tidak sejelek itu kok. Yah, anggap saja Deathly Hallows: Part 1 ini sebagai pintu pembuka untuk memasuki mutiple orgasm. Yah, kita musti harus bersabar menunggu setengah tahun lagi untuk membuktikannya.
By the way anyway busway, adegan kissing Harry dan Hermione palsu yang di hutan itu oke juga yah. Sangat "polos" sekali. LOL. Dan juga adegan favoritku salah satunya adalah yang berbunyi demikian: "Midnight, not Twilight." Sepertinya menyindir film yang becerita tentang konflik antara manusia serigala dan vampir itu deh :)

Wednesday, November 03, 2010

Antaga, Ismaya & Manikmaya

Suatu ketika, Sang Hyang Tunggal bersabda pada sebuah telur untuk menurunkan 3 dewa. Kemudian dari telur itu jadilah 3 dewa. Bagian cangkang menjadi Batara Antaga, sebagai yg tertua. Bagian putih telur menjadi Batara Ismaya sebagai yg kedua. Lalu bagian kuning telur menjadi Batara Manikmaya sebagai yg termuda. Ketiganya menjadi dewa2 yg sangat sakti, sehingga kemudian terjadi perdebatan antara Batara Antaga dan Bastara Ismaya. Mereka ingin mencari tahu siapa yg terkuat di antara keduanya. maka mereka sepakat mengadu ilmu. 

Batara Antaga berubah menjadi raksasa dan mencoba melahap sebuah gunung di bumi. Tapi gunung itu tidak tertelan, justru mengakibatkan mulut Batara Antaga robek. Lalu Batara Ismaya tak ingin kalah, gunung itu dilahapnya dan berhasil tertelan seluruhnya. Sehingga akhirnya Batara Ismaya diakui oleh Batara Antaga sebagai yg terkuat. Tapi gunung yang ada di dlm perut Batara Ismaya ternyata tak bisa dikeluarkan lagi sehingga membuat perutnya kembung.

Ketika dua dewa ini kembali ke wujud kecil, fisik mereka tak bisa disembuhkan lagi. Mereka jadi jelek. Melihat hal itu Batara Manikmaya yg semula tak ikut-ikut malah jadi merasa sebagai dewa yg paling tampan. Melihat hal ini, Sang Hyang Tunggal turun tangan. Fisik dua dewa yg rusak itu dijadikan-Nya sebagai hukuman karena dua dewa itu telah terbawa nafsu untuk mengunggulkan diri masing-masing. Sedangkan Batara Manikmaya yg menjadi sombong dan merasa sempurna, oleh Sang Hyang Tunggal dihukum menjadi bertangan empat dan bermata 3 supaya tidak menyombongkan diri lagi.

Setelah 3 dewa itu menyadari kesalahannya, Sang Hyang Tunggal memberi mereka tugas. Batara Ismaya diutus turun ke bumi untuk menjadi penunjuk kebenaran dan keselamatan bagi kaum ksatria. Sedangkan Batara Antaga juga diutus ke bumi untuk mendidik kaum raksasa (denawa) spy tahu jalan yg benar. Tapi apabila para raksasa itu tak mau diinsafkan, sebaliknya harus diarahkan ke jalan maut supaya kehidupan di bumi bisa aman dan damai. Lalu Batara Manikmaya, oleh Sang Hyang Tunggal ditugaskan untuk memimpin kahyangan karena kelak akan diturunkan pula dewa2 yang lain untuk menjadi pengawas kehidupan di bumi.

Pada perkembangannya, di bumi Batara Ismaya dikenal sbg Semar dan Batara Antaga dikenal sbg Togog. Sedangkan Batara Manikmaya dikenal sebagai Batara Guru, raja para dewa. Itu adalah mitologi asli Jawa, asal mula dewa-dewa dalam dunia Jawa. And the story begin....